Kampung Unik di Cianjur, Hanya di Desa Ini Warga Hidup Panjang Umur di Atas 100 Tahun
JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Cianjur sangat menarik untuk dijelajahi. Apalagi jika singgah ke salah satu desanya bernama Miduana, hampir semua warga penduduk memiliki umur panjang.
Memiliki umur panjang dan badan yang sehat merupakan impian banyak orang. Hal ini terjadi di kampung unik, yang ada di Cianjur, Jawa Barat. Di mana sebagian besar masyarakatnya berumur di atas 100 tahun.
Ya, desa tersebut benama Miduana, di Kecamatan Naringgul. Desa ini disebut-sebut lokasinya cukup tersembunyi. Diketahui, masyarakat di kampung ini kerap menerapkan pola gaya hidup sehat, yang menjadi rahasia umur panjang mereka.
Penasaran dengan keunikan Desa Miduana yang tersembunyi di Cianjur, Jawa Barat ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Senin (29/5/2023).
Desa adat Miduana berlokasi di Cianjur, Jawa Barat. Di desa ini pula rupanya rumah bagi orang-orang yang berumur panjang. Beberapa di antara mereka berumur di atas 100 tahun. Desa ini juga menjadi salah satu contoh kampung atau desa di Indonesia yang berhasil menerapkan hidup sederhana dan sehat.
Meski berusia lanjut, mereka hidup dalam kondisi sehat karena memanfaatkan sumber daya alami sebagai bahan makanan. Selain itu warga di sini juga menerapkan gaya hidup tradisional.
"Kalau yang di atas 100 tahun, secara keseluruhan mungkin lebih dari 5 orang, itulah orang-orang yang berumur panjang, sehat lagi," ujar bapak Rustiman, Dewan adat kampung adat Miduana sebagaimana dikutip dari akun YouTube, Angelick Vaulina, Senin (29/5/2023).
Salah satunya adalah seorang nenek yang bernama Mak Icih, yang umurnya sudah 120 tahun. Pada masa mudanya, nenek Icih kerap membuat kerajinan dari bambu dan bertani. Menurut dewan adat dari kampung ini, salah satu rahasia warga kampung berumur panjang adalah tidak pernah menikmati makanan kekinian, jarang mengonsumsi daging, dan kebanyakan dari tumbuh-tumbuhan.
"Cuma makan nasi dan lalapan, seperti dedaunan dan tanaman palawija seperti singkong dan talas," ujar kakek Sahria yang memiliki usia 150 tahun.
Kampung Miduana berasal dari kata ‘Midua’ yang Berarti terbelah, atau terbagi dua. Di mana hal ini merujuk pada lokasi desa yang terbelah di antara dua sungai, Cipandak Hilir dan Cipandak Girang. Para orang tua di zaman dahulu memutuskan untuk menamakan kampung ini sebagai Kampung Midua.
Pada mulanya, masyarakat di Desa Miduana cukup tertutup dari kemajuan dan teknologi, selama bertahun-tahun. Bahkan, hampir tak ada pemberitaan yang masuk tentang desa adat ini. Namun kini, secara perlahan warga Desa Miduana mulai terbuka dan kerap didengar namanya pada media sosial.
Desa Miduana memang dikenal unik karena warga yang tinggal di sini memiliki umur panjang. Namun, di balik keunikannya, ternyata Desa Miduana merupakan keturunan kerajaan Pajajaran.
Desa adat Miduana tidak bisa dilepaskan dari dua tokoh kembar bernama Eyang Jagat Nata dan Eyang Jagat Niti. Keduanya merupakan keturunan dari Kerajaan Pajajaran yang mencari tempat pemukiman untuk menghindari Kerajaan Sunda.
Mereka juga pendiri Desa Balegede atau yang disebut Desa Miduana. Jagat Nata dan Jagat Niti berhasil mendirikan perkampungan baru dan mendirikan tempat perjumpaan atau pasamoan besar dengan koleganya dari berbagai wilayah, ini yang kemudian menjadi dasar penamaan Balegede yang artinya tempat perjumpaan besar.
Eyang Jagat Niti kemudian memiliki keturunan bernama Eyang Jagat Sadana yang berhasil membuka kampung atau dusun Miduana dan tidak jauh dari Balegede. Seketika, Jagat Sadana mendapat tempat spesial dari warganya, karena berhasil pembuka hutan belantara atau leuweung peteng menjadi tempat tinggal secara matuh atau menetap.
Seluruh warga di desa adat ini menggantungkan hidup dari hasil pertanian. Mereka menjalankan Te’tekon atau aturan tradisi tata kelola pertanian, yang dilakukan secara turun-temurun. Seluruh kegiatan pertanian di kampung ini masih dilakukan secara tradisional. Sebagian warganya juga sudah mulai menjajaki sektor lain, seperti berdagang.
Editor: Vien Dimyati