Kampung Unik di Cianjur, Singgah ke Desa Terpencil Warganya Berumur Panjang Ternyata Keturunan Raja
JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Cianjur sangat menarik untuk dijelajahi. Cianjur yang terletak di Jawa Barat dikenal memiliki banyak tempat wisata yang indah dan menarik untuk dikunjungi.
Salah satu yang ikonik di Cianjur adalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kawasan ini menjadi salah satu tujuan wisata terbaik di Cianjur karena pesona alamnya yang sangat memukau, dengan pemandangan pegunungan hijau dan air terjun yang menakjubkan.
Kemudian, Cianjur juga memiliki Gunung Padang Megalithic Site, yang berlokasi di Desa Karyamukti. Situs ini merupakan salah satu peninggalan budaya yang sangat penting di Indonesia dan menjadi objek wisata ilmiah yang menarik bagi para arkeolog maupun masyarakat umum.
Itulah beberapa keindahan di Cianjur yang bisa Anda kunjungi. Tentunya masih banyak lagi tempat wisata lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Namun, di balik keindahan alamnya, ada satu kampung unik di Cianjur yang akan membuat siapa saja penasaran. Ya, kampung tersebut bernama Desa Miduana.
Keunikan dari desa ini adalah penduduknya keturunan kerajaan Pajajaran. Hal yang menakjubkan lainnya, banyak penduduk yang berusia panjang hingga dia atas 100 tahun.
Penasaran ingin tahu seperti apa Desa Miduana di Cianjur yang dihuni keturunan kerajaan Pajajaran? Berikut ulasannya dirangkum melalui akun TikTok Rina Ayong pada Senin (7/8/2023).
Ya, kampung unik di Cianjur ini bernama Miduana. Kampung ini terletak di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur. Miduana menjadi daya tarik wisata baru karena menyimpan keunikan budaya serta pesona keindahan alam khas pegunungan. Keunikan dari desa ini adalah dihuni oleh keturunan kerajaan Pajajaran dan warganya berumur panjang.
Desa Miduana berbatasan dengan Kabupaten Bandung, belakangan desa ini mulai membuka diri untuk dikembangkan pemerintah daerah. Kampung ini berada di tengah pegunungan yang dihimpit dua aliran sungai besar, yaitu Sungai Cipandak Hilir dan Cipandak Girang yang bertemu menjadi Sungai Cipandak. Karena lokasinya ada di dua sungai, maka desa ini dinamakan Miduana atau Midua yang berarti mendua atau terbagi dua.
Ketika memasuki perkampungan Miduana, Anda akan merasakan hawa sejuk khas pegunungan. Struktur rumah-rumah milik masyarakat masih dipertahankan secara tradisional. Bahkan, warga banyak yang mengenakan pakaian adat dengan totopang atau ikat kelapa asli Sunda. Terang saja Desa Miduana masih terasa sejuk dan alami, sebab hanya ada 21 rumah yang dihuni oleh 21 keluarga. Bangunan rumah tradisional, masih berupa rumah panggung dengan dinding bilik bambu. Uniknya, rumah-rumah di sini berbentuk sama yaitu bagian pintu harus menghadap selatan.
Menurut catatan sejarah, Kampung Miduana didirikan oleh dua tokoh kembar keturunan Kerajaan Padjajaran yaitu Eyang Jagat Nata dan Eyang Jagat Niti. Keduanya memiliki penerus dari generasi ke generasi hingga akhirnya menjadi penduduk tetap sampai saat ini. Sesuai peraturan adat, masyarakat Kampung Miduana masih memegang erat budaya leluhur baik dalam hal berpakaian maupun kegiatan sehari-hari. Beberapa tradisi seperti Dongdonan Wali Salapan, Lanjaran Tatali Paranti, Mandi Kahuripan, Opatlasan Mulud, dan lain-lain terus diajarkan ke generasi muda.
Tak disangka, kebiasaan itu justru dipandang sebagai hal unik oleh masyarakat luar. Banyak yang penasaran dengan cara hidup penduduk di Kampung Adat Miduana sehigga terus konsisten mempertahankan budaya mereka di tengah perkembangan zaman. Selain itu, warga di kampung ini mayoritas petani. Hektaran sawah di sekeliling kampung menajdi mata pencaharian utama warga. Ada juga warga yang menjadi penyadap aren.
Keunikan lain juga bisa ditemukan dari banyaknya warga desa yang berusia di atas 100 tahun. Namun meski sudah berusia lanjut, para manula di Kampung Miduana masih terlihat bugar. Bahkan, beberapa dari mereka tetap kuat pergi ke sawah serta melakukan sejumlah aktivitas lainnya.
Editor: Vien Dimyati