Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kampung Unik di Konawe: Berani Coba Jelajah Goa Tengkorak?
Advertisement . Scroll to see content

Kampung Unik di Lombok, Hanya di Desa Ini Syarat Wajib Menikah bagi Perempuan Harus Bisa Menenun

Sabtu, 08 Juli 2023 - 16:47:00 WIB
Kampung Unik di Lombok, Hanya di Desa Ini Syarat Wajib Menikah bagi Perempuan Harus Bisa Menenun
Kampung unik di Lombok singgah ke Desa Sukarara, para perempuannya pandai menenun (Foto: iNews.id/Nurul)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Lombok sangat menarik untuk dijelajahi. Terutama jika singgah ke Desa Sukarara, dijamin akan membuat siapa saja betah untuk tinggal.

Ya, Desa Sukarada berada di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Sekitar 25 km dari Kota Mataram atau sekitar 30 menit perjalanan, dan sekitar 5 km dari kota Praya atau 5 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Keunikan dari desa ini adalah para perempuannya ahli dalam menenun. Songket Sukarara menjadi salah satu yang populer di desa ini.

Penasaran ingin tahu seperti apa keunikan dari Desa Sukarara di Lombok NTB ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Sabtu (8/7/2023).

Keunikan Desa Sukarara

Bagi gadis Desa Sukarara, syarat wajib layak menikah adalah pandai menenun. Jadi tak heran jika sedari kecil para gadis-gadis di desa ini rata-rata sudah bisa menenun. Minimal mereka akan betah membantu ibu atau nenek duduk berjam-jam menenun benang menjadi kain. Kemudian, kain itu akan dijual sebagai oleh-oleh kerajinan khas Lombok. Hal ini juga bertujuan melestarikan kerajinan tenun songket khas Sukarara agar tetap eksis.

Hari ini, Sabtu (8/7/2023), masyarakat Desa Sukarara mengadakan tenun massal yang diikuti oleh sebanyak 2023 penenun. Rintik hujan membasahi Desa Sukarara. Langit mendung pun turut memayungi ribuan warga desa yang mayoritas adalah perempuan di mana tengah berkumpul dengan menggunakan baju lambung berwarna hitam. 

Meski demikian, kondisi ini tak menyurutkan niat para perempuan yang sudah berkumpul sejak pukul 07.00 WITA untuk bersama-sama melaksanakan kegiatan yang begitu melekat sebagai jati diri dari masyarakat setempat, menenun! Mereka begitu antusias meski aktivitas menenun baru dimulai sekitar pukul 09.30 WITA.

Ya, berkumpulnya para perempuan mulai dari ibu-ibu sampai anak-anak dari Desa Sukarara adalah untuk menenun bersama menjadi bagian sejarah pencatatan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI).

Seluruhnya tengah bersiap pada posisi masing-masing, duduk di hadapan alat tenun yang telah bertuliskan nama masing-masing pemilik. Tenun adalah bagian dari rutinitas sehari-hari warga desa sehingga alat tenun tentunya sudah menjadi sahabat karib di rumah masing-masing. 

Ahli Menenun sejak Kecil 

Masyarakat Desa Sukarara memiliki kesadaran untuk melestarikan warisan tenun tradisional khas Lombok. Sejak kecil, para perempuan di Desa Sukarara sudah akrab dengan alat tenun karena setiap hari melihat ibu mereka menghabiskan waktu dengan menenun. Benang sutra beraneka warna pun telah terpasang di alat tenun masing-masing. 

Tenun adalah tradisi turun-temurun dan juga menjadi alat penyambung hidup, sehingga setiap ibu seringkali mewarisi bakat menenun kepada putrinya. Layaknya kehidupan sehari-hari di rumah, para ibu turut mengajak anak mereka melihat proses menenun di tengah lapangan Desa Sukarara. Merasakan euforia pemecahan rekor MURI yang tentu menjadi pelecut semangat mereka agar terus melestarikan budaya tenun. 

Pada kegiatan rekor MURI ini, tidak hanya kaum ibu, anak-anak muda berusia 20 tahunan juga terlihat antusias saat menenun bersama. Total ada 2023 penenun yang berkumpul. Beberapa kali mereka terlihat bercengkrama sejenak saat rasa jenuh mulai menghampiri. Ternyata, ada beberapa anak kecil yang juga terlihat dalam barisan para penenun, seperti tiga anak perempuan asal Dusun Batu Entek yakni Hasanah, Nurul dan Tika yang masih berusia belasan tahun! 

Meski baru belajar menenun sekitar satu tahunan ini, tangan mereka sudah cukup terampil. Terlebih ibu mereka juga turut mendampingi untuk membimbing jika benangnya putus atau terjadi kendala lainnya. 

Jangan dibayangkan jika satu kain tenun bisa selesai dalam waktu beberapa jam saja. Sebab, benang-benang sutra yang ditenun menjadi kain yang umumnya sepanjang 4 meter itu membutuhkan waktu pengerjaan bisa sampai berhari-hari dan seringkali lebih dari satu minggu!

Para penenun pun turut dihibur dengan riuh suara gendang beleq yang ditabuh serta diramaikan dengan acara Peraje Jaran Kamput ini. Di mana ada sepasang pria dan wanita naik di atas kuda tunggangan bak seorang raja dan ratu yang diangkat oleh pengawalnya. Lengkap sudah suasana adat yang mengiringi para penenun untuk menghasilkan kain tenun berkualitas khas Suku Sasak ini. Adapun nantinya piagam penghargaan Rekor MURI akan 'dijemput' langsung oleh Kepala Desa Sukarara dari Jakarta pada 13 Juli 2023 mendatang.

Itulah kampung unik di Lombok yang masih melestarikan warisan tenun.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut