Kampung Unik di Tengah Hutan Pahang, Singgah ke Desa Terpencilnya Ternyata Dihuni Suku Asli Malaysia
JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Tengah Hutan Pahang sangat menarik untuk dikunjungi. Terutama jika singgah ke salah satu desanya, di sini Anda dapat melihat suku asli Malaysia.
Ya, Hutan Pahang atau Taman Nasional Pahang terletak di Pegunungan Titiwangsa, Malaysia dan dihuni oleh sekelompok suku asli Malaysia yang dikenal dengan nama suku Bateq.
Diperkirakan, nenek moyang suku Bateq datang dari Afrika Selatan sampai di tanah Semenanjung Malaysia melalui Australia. Kehadiran suku ini di semenanjung Malaysia diperkirakan sudah ada sejak 11.000 Sebelum Masehi (SM).
Penasaran seperti apa kampung unik di Tengah Hutan Pahang yang dihuni suku asli Malaysia? Berikut ulasannya dirangkum pada Sabtu (1/7/2023).
Kampung unik di Malaysia ini tersembunyi di Hutan Pahang. Hutan tertua di Malaysia ini, terletak di negara bagian Pahang. Luasnya lebih dari 4.343 kilometer persegi. Hutan ini menjadi rumah bagi banyak spesies satwa liar dan tumbuhan, termasuk spesies yang terancam punah seperti harimau Malaya dan gajah Asia.
Hutan Pahang juga penting sebagai sumber daya alam, menyediakan kayu dan bahan mentah lain untuk industri di Malaysia dan di seluruh dunia. Mengutip dari akun YouTube kacong explorer, Sabtu (1/7/2023), kampung unik di Hutan Pahang ini dihuni oleh suku Bateq. Suku ini tersebar di tujuh titik berbeda di sekitar hutan Kuala Tahan. Untuk mencapai perkampungan ini, wisatawan bisa menggunakan perahu dari pelabuhan Kuala Tahan yang menempuh waktu sekitar 1 jam perjalanan.
Anda harus melewati hutan hujan tropis dengan arus Sungai Tambeling yang deras. Dari tepi sungai Tambeling menuju ke perkampungan masih menempuh waktu selama 10 menit dengan berjalan kaki.
Mayoritas suku Bateq berada di Klantan, namun ada beberapa di Pahang dan Terengganu. Ciri khas dari suku Bateq adalah rambut keriting halus, berkulit hitam dengan bentuk wajah yang bulat dan lebar. Populasinya sekitar 1.000 orang termasuk anak-anak. Meskipun pemerintah telah membangun permukiman dengan rumah yang lebih layak, tetapi masyarakat suku Bateq tetap memilih tinggal di rumah-rumah tradisional mereka yang menggunakan pelepah kayu, batang pohon-pohon dan berbagai sumber alam lainnya.
Dalam satu rumah biasanya terdiri dari 3-4 orang. Mereka memanfaatkan lahan sekitar untuk dijadikan kebun dan sumber makanan sehari-hari. Dapurnya terletak di bagian luar rumah. Dengan tungku dari tanah liat, dan kayu bakar sebagai bahan bakarnya. Cara menyulut apinya juga sangat unik, dengan cara menggosok-gosokkan kayu atau batu.
Pada awalnya, suku Bateq merupakan salah satu suku yang hidupnya nomaden. Seiring berjalannya waktu, mereka memilih untuk menetap dengan mata pencaharian utama masyarakatnya adalah berburu hasil hutan. Meskipun suku Bateq memiliki bahasa suku aslinya sendiri, mereka selalu berinteraksi dengan bahasa Melayu. Pengecualian ini hanya berlaku untuk mereka yang tinggal satu kampung.
Editor: Vien Dimyati