Kisah Tomino's Hell, Puisi Terkutuk yang Membuat Merinding si Pembacanya
JAKARTA, iNews.id - Pernahkah Anda mendengar, cerita rakyat dari Jepang tentang puisi yang justru membawa kesialan bahkan kematian bagi si pembacanya? Ya, inilah kisah tentang Tomino’s Hell atau Tomino no Jigoku.
Anda bisa melanjutkan membaca, karena kutukan ini dipercaya terjadi hanya pada orang yang membaca puisi Tomino secara lantang.
Dahulu pada tahun 1919 ada seorang penulis dari Jepang yang bernama Saijo Yaso, dia merilis kumpulan puisinya yang dikenal sebagai 'Sakin’ atau ‘Gold Dust’.
Puisi dengan judul Tomino no Jigoku atau dikenal juga dengan Tomino's Hell merupakan salah satu puisi dari Sakin yang terkandung dalam sekumpulan puisi itu. Namun bukannya populer dengan hal positif, puisi ini populer lantaran setelah orang-orang yang membacanya mengalami hal aneh.
Puisi ini merupakan karya dari Saijo Yaso yang ditulis setelah berakhirnya Perang Dunia I. Dari beberapa cerita yang beredar, banyak yang mempercayai, dalam puisinya itu sang penulis menjelaskan penderitaannya karena sang ayah yang meninggal selama perang dunia.
Pada mulanya, puisi ini diyakini sebagai penggambaran secara simbolis dari rasa kehilangan sang penulis, namun karena interpretasi karya dari setiap pembaca berbeda-beda, kemudian mulailah orang-orang memberikan beberapa penjelasan tentang puisi karya Saijo yang terkesan "gelap" ini.
Dalam mitosnya, Tomino merupakan seorang gadis yang konon berasal dari keluarga abusive. Gadis itu menulis semua penderitaannya ke dalam puisi. Puisi itu diketahui dan dibaca oleh kedua orang tuanya. Naas, setelah hal itu, Tomino akhirnya dikunci ke dalam ruangan bawah tanah serta tidak diberi makan selama berminggu-minggu. Hingga pada akhirnya gadis itu meninggal dunia.
Tak hanya sampai di situ, ada juga mitos lain yang mempercayai Tomino adalah seorang gadis yang membunuh orang tuanya. Berbeda dengan mitos sebelumnya, dalam kisah ini, puisi tersebut diartikan sang gadis bernama Tomino ini sedang menuju "Mugen Jigoku" yang kurang lebih maksudnya adalah tempat terendah di neraka.
Biasa dibilang mereka yang jatuh ke sana akan mendapatkan Siksaan yang berlangsung selama-lamanya. Sejak saat itulah puisi Tomino menghantui siapa saja yang membacanya dengan nada yang lantang atau keras.
Editor: Vien Dimyati