Mengenal Keraton Ismahayana Landak di Kalimantan Barat, Unik Berkilauan Emas
JAKARTA, iNews.id - Pernah mendengar tentang Keraton Ismahayana? Anda harus mengetahuinya karena sebagai bagian dari sejarah Indonesia.
Keraton Ismahayana Landak merupakan Keraton Kerajaan Landak, yang terletak di Ngabang, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat.
Tidak diketahui secara pasti kapan Keraton ini didirikan. Keraton ini mulai dipugar dan direnovasi kembali sekitar tahun 1950-an dan 1960-an setelah peristiwa kebakaran yang mengakibatkan kerusakan di beberapa bagian bangunan keraton. Jika Anda berkunjung ke sana, bangunan yang Anda lihat merupakan hasil pemugaran dari tahun 2000.
Penasaran seperti apa pesona Keraton Ismahayana di Kalimantan Barat? Berikut ulasannya dirangkum pada Sabtu (22/10/2022).
Asal Usul Keraton Ismahayana di Kalimantan Barat
Wilayah kekuasaan kerajaan Ismahayana di Kalimantan Barat meliputi seluruh Kabupaten Landak. Di tiga awal periode, awal kerajaan ini meliputi daerah sepanjang Sungai Landak dengan sungai sungai kecil yang merupakan cabang dari sungai tersebut.
Alasan kenapa kerajaan ini lebih memilih di bantaran Sungai Landak sebagai tempat tinggal adalah karena di sepanjang sungai memiliki potensi kekayaan alam yang begitu melimpah yaitu intan dan emas.
Arsitektur bangunannya berupa rumah panggung dengan warna kuning keemasan dan hijau yang merupakan ciri dari nuansa Melayu. Bangunan keraton memanjang ke belakang. Masing-masing bagian dari bangunan keraton yang terdiri dari pondasi, lantai, dinding, hingga atap sirap berbahan dasar kayu belian.
Keraton Mewah Berkilau Emas
Begitu memasuki Keraton Ismahayana, Anda akan merasakan sensasi kemewahan. Saat memasuki ruang tengah, Anda akan melihat singgasana raja yang berkilauan karena dibalut dengan unsur emas, batu mulia serta berlian.
Berbagai unsur emas juga bisa Anda temukan di kursi, guci, gorden sampai dengan pajangan dinding. Tampak begitu berkilauan apalagi saat diterpa oleh cahaya matahari dari jendela.
Meski begitu, Keraton ini selalu aman dari pencuri yang mengintai. Hal ini karena warga sekitar juga masih berhubungan darah dengan kerajaan ini jadi tidak ada yang berani untuk berbuat macam-macam. Semuanya menghargai sejarah yang ada pada keraton ini.
Editor: Vien Dimyati