Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kemenpar Bagi-Bagi Paket Wisata Libur Nataru 2025, Banyak Diskon Tiket Pesawat!
Advertisement . Scroll to see content

Mengenal Sejarah Nama Kota Banyuwangi Ternyata Punya Kisah Pilu 

Sabtu, 18 November 2023 - 20:23:00 WIB
Mengenal Sejarah Nama Kota Banyuwangi Ternyata Punya Kisah Pilu 
Mengenal sejarah Banyuwangi (Foto: Instagram @Instagram @yusglow)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Ada banyak tempat menarik di Banyuwangi yang bisa dijelajahi. Banyuwangi memiliki kawah Ijen dengan blue fire, Taman Nasional Baluran hingga Pantai Merah yang menyimpan keindahan berbeda.

Apa yang pertama kali terlintas di benak ketika mendengar nama Banyuwangi? Mungkin akan ada yang mengatakan bumi Gandrung, berasal dari tarian tradisionalnya ataupun Kota Osing. Ya, ada banyak sebutan bagi kota Banyuwangi.

Terletak di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi memiliki sejarah panjang yang mencakup asal-usul penamaannya. Bagi Anda yang penasaran tentang asal-usul nama Banyuwangi, jangan lewatkan ulasannya di bawah ini.

Dirangkum pada, Sabtu (18/11/2023) nama Banyuwangi berasal dari bahasa Jawa, ‘banyu’ berarti air, dan ‘wangi’ berarti harum. Dipercaya penamaan ini merujuk pada sungai yang mengalir di daerah tersebut dan memberikan aroma harum.

Asal-usul Nama Kota Banyuwangi

Legenda setempat mengatakan pada zaman dahulu bagian timur pulau Jawa ini dipimpin oleh seorang raja, bernama Prabu Sulahkromo. Dalam menjalankan pemerintahannya ini, sang raja dibantu dengan seorang patih yang terkenal gagah dan berani, bernama Patih Sidapekso.

Patih Sidapekso ini, memiliki istri dengan paras yang sangat elok. Tak hanya itu budi bahasanya pun sangat lembut, bernama Sri Tanjung.

Singkat cerita, karena kecantikan Sri Tanjung ini maka Raja amat tergila-gila padanya dan muncul rencana picik sang raja. Dia menugaskan Patih Sidapekso untuk menuntaskan suatu tugas yang tidak mungkin bisa dicapai seorang manusia.

Sepeninggal sang Patih, Raja banyak memfitnah dan merayu Sri Tanjung. Namun, karena cintanya yang tulus pada sang Patih dia menolak segala niat busuk sang raja. Namun, sikap patuhnya ini justru ditanggapi dengan amarah oleh sang suami.

Sampai-sampai diseretlah Sri Tanjung ke tepi sungai yang keruh dan kumuh. Tak bisa lagi menahan diri, dia kemudian segera menikam sang istri menggunakan kerisnya ke bagian dada Sri Tanjung.

Namun sebelum Patih Sidopekso membunuh Sri Tanjung, sang istri mengungkapkan sebagai bukti kejujuran, kesucian dan kesetiannya dia rela dibunuh dan agar jasadnya diceburkan ke dalam sungai keruh itu, apabila darahnya membuat air sungai berbau busuk maka dia telah berbuat hal tak pantas, tetapi jika air sungai berbau harum maka dia tidak bersalah.

Benar saja, ketika jasad diceburkan ke sungai tersebut air sungai yang mulanya keruh jadi bersih bahkan berbau harum. Melihat hal tersebut terhuyung-huyung dan linglung sambil menjerit Banyu… wangi…. berulang-ulang kali.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut