Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Di Balik Sunyi Puhsarang, Destinasi Religi Menyimpan Jejak Sejarah
Advertisement . Scroll to see content

Mengenal Tradisi Unik Perang Topat di Lombok, Sudah Ada sejak Ratusan Tahun

Jumat, 13 Desember 2019 - 11:09:00 WIB
Mengenal Tradisi Unik Perang Topat di Lombok, Sudah Ada sejak Ratusan Tahun
Mengenal tradisi Perang Topat di Lombok (Foto : Kemenparekraf)
Advertisement . Scroll to see content

LOMBOK BARAT, iNews.id - Bila mendengar kata perang, tentu yang terlintas kesan menyeramkan. Namun Perang Topat yang digelar di Kompleks Pura Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), justru jauh dari kesan seram. Sebaliknya rasa damai muncul setelah “perang” digelar.

Ratusan peserta perang antara umat Muslim dan Hindu serta suku Sasak dan Bali hadir berbaur menjadi satu. Mereka datang untuk menghadiri sebuah tradisi masyarakat Lombok Barat yang sudah berlangsung ratusan tahun.

Tradisi perang topat ini menceritakan kedamaian masyarakat Lombok Barat saat mempraktikkan hidup dalam keberagaman. Islam dan Hindu menyatu tanpa ada gesekan dan konfrontasi. Yang muncul justru tradisi Perang Topat yang lestari hingga sekarang.

Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid menjelaskan, Perang Topat bukan merupakan perang sungguhan, melainkan tradisi masyarakat Lombok Barat yang sudah berlangsung ratusan tahun.

Dia mengatakan, tradisi ini melambangkan kedamaian masyarakat Lombok Barat saat mempraktikkan hidup dalam keberagaman. Islam dan Hindu menyatu tanpa ada gesekan dan konfrontasi hingga sekarang.

"Rangkaian kegiatan Perang Topat adalah salah satu bukti kehidupan keberagamaan, yang didasari oleh kebersamaan serta nilai-nilai sepenanggungan. Ini sangat hidup di Kabupaten Lombok Barat," kata Fauzan, saat puncak Perang Topat, di Lombok Barat, belum lama ini.

Menurut Fauzan, gambaran keharmonisan umat beragama tersebut bisa disaksikan sebelum puncak Perang Topat dimulai dengan ritual mengarak kerbau. Tokoh agama dari perwakilan umat Muslim dan Hindu memegang tali kerbau saat mengarak keliling taman Pura Lingsar.

“Kerbau merupakan simbol penghormatan kepada umat Islam dan Hindu. Alangkah indahnya kenyataan yang dibungkus dengan kesadaran total bahwa kita semua makhluk Allah SWT, guna merajut persaudaraan dan perdamaian. Jadi filosopi Perang Topat yakni mempertahankna tradisi menjaga toleransi," katanya.

Dia juga meminta kepada Dinas Pariwisata Lombok Barat untuk memastikan kalender penyelenggaraan tradisi Perang Topat agar bisa diketahui setahun sebelumnya.

“Saya minta Dinas Pariwisata untuk bisa mendiskusikannya dengan seluruh pemangku adat supaya tanggal penyelenggaraan tradisi Perang Topat bisa dipastikan lebih awal,” ujarnya.

Sementara itu, Asisten Deputi Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Muh Ricky Fauziyani mengatakan, tradisi Perang Topat menjadi pelajaran tentang cara menjaga toleransi dan silaturahmi di antara dua suku dan agama di Lombok Barat.

"Lombok Barat beruntung punya tradisi adiluhung yang tinggi. Itu yang harus kita lestarikan, serta dipromosikan sehingga banyak wisatawan yang tertarik dengan budaya yang ada di sini. Terlebih Lombok memiliki kawasan destinasi super prioritas Mandalika, harus dimanfaatkan secara maksimal,” ujar Ricky.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut