Mengintip Pemandangan Desa Terpencil di Jember, Suasananya Ada yang seperti Negeri Dongeng
JAKARTA, iNews.id - Kampung unik di Jember sangat menarik untuk dijelajahi. Ya, sudah menjadi hal umum jika Kota Jember memiliki pemandangan alam menakjubkan untuk dijelajahi.
Kota yang ada di Jawa Timur ini terkenal dengan berbagai destinasi wisata alam yang menakjubkan. Salah satu objek wisata yang populer di Jember adalah Pantai Papuma yang memiliki pasir putih dan air laut yang jernih serta selalu menghadirkan sunset yang memukau.
Tidak hanya pantai, Jember juga memiliki beberapa tempat wisata lain, seperti Taman Botani Sukorambi, Air Terjun Tancak, Goa Tetes, dan Gunung Raung yang mendominasi lanskap Jember. Selain itu, Jember juga dikenal sebagai produsen kopi terbaik di Indonesia dan memiliki banyak kebun kopi yang bisa dikunjungi oleh wisatawan.
Namun, di antara keindahan alam di sana, Kota Jember juga memiliki kampung unik yang belum diketahui banyak orang. Perkampungan ini terlihat masih alami yang dikelilingi hutan. Untuk masuk ke perkampungan ini, Anda harus melewati jalanan terjal.
Penasaran ingin tahu seperti apa keindahan kampung unik di Jember ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Jumat (21/7/2023).
Pemandangan kota besar tak selamanya disukai, beberapa orang juga tertarik untuk menjelajahi perkampungan terpencil yang berada jauh dari perkotaan. Dikutip dari akun YouTube Sultoni Irsyah, youtuber ini melakukan perjalanan menyusuri desa terpencil yang ada di Jember. Meskipun terletak di tengah-tengah hutan, perkampungan ini cukup indah dan menawarkan pemandangan bak di negeri dongeng.
Jalanan menuju ke perkampungan ini sangat sulit, berupa tanah dan bebatuan terjal yang membutuhkan kehati-hatian serta kesabaran saat melewatinya. Di bagian kanan dan kiri jalan, banyak ditumbuhi pohon jati dan pepohonan besar lain yang tumbuh subur.
Tak terlihat lampu penerangan di sepanjang jalan yang dilalui, Anda bisa membayangkan betapa gelapnya saat suasana malam hari di kawasan jalan ini. Saat berada di perkampungan itu, Sultoni bertemu dengan salah seorang warga yang telah sepuh dan diketahui telah bermukim di desa tersebut sejak 1974 saat permukiman warga di hutan tersebut masih berupa hutan belantara, dan belum dikelola oleh Perhutani.
"Kalau belanja ya turun, ke Sumber Bulus (desa yang dilalui sebelumnya). Seminggu sekali, ya tidak pasti,” ujar seorang pria tua yang tidak diketahui namanya.
Mayoritas masyarakat di desa terpencil ini bekerja sebagai penyadap getah pinus, dan mengelola perkebunan kopi. Sedangkan untuk sumber penerangan seperti listrik, warga di kampung ini juga harus menyalurkannya dari Desa Sumber Bulus.
Rumah-rumah warga sangat sederhana dan tradisional. Dindingnya berupa kayu, dan berlantaikan tanah. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju ke perkampungan terakhir, yang medannya tak kalah menantang. Saat musim hujan, jalan menuju ke desa terpencil ini tentu akan sulit dilalui karena berlumpur. Di perkampungan terakhir, diketahui hanya dihuni secara menetap oleh lima Kepala Keluarga saja. Di mana penduduk lainnya hanya menjadikan desa ini sebagai tempat singgah. Salah seorang warga yang menetap telah tinggal selama 83 tahun jauh dari kebisingan kota dan hidup secara sederhana, berdampingan dengan alam.
Editor: Vien Dimyati