Misteri 5 Kota yang Hilang Belum Ditemukan hingga Kini, Nomor 3 Banyak Harta Karun
JAKARTA, iNews.id - Ada banyak misteri tersimpan di berbagai negara yang hingga kini masih menjadi tanda tanya. Termasuk misteri kota yang hilang.
Kota legendaris yang hilang dan terkenal salah satunya adalah Atlantis. Ya, cerita Atlantis memang menjadi kisah paling terkenal dan abadi, yaitu tentang kota yang hilang selamanya karena dikatakan telah ditelan oleh laut.
Namun, selain Atlantis, ada pula kota-kota lain yang dikisahkan menghilang di bawah gelombang hingga pasir gurun atau terkubur di bawah vegetasi selama berabad-abad.
Lantas, apa saja kota-kota legendaris yang sudah hilang dan belum ditemukan hingga kini? Berikut ulasannya dikutip dari Ancient Origins, Selasa (1/3/2022).
1. Kota Aztlan yang Hilang, Tanah Air Legendaris Aztec
Orang-orang Aztec di Meksiko pernah menciptakan kerajaan paling kuat di Amerika kuno. Walaupun banyak letak kerajaan mereka yang sudah berhasil ditemukan dan kini menjadi Kota Meksiko, tetapi hanya sedikit yang bisa diketahui tentang awal mula budaya Aztec. Banyak yang menganggap pulau Aztlan yang hilang sebagai tanah air kuno, di mana orang-orang Aztec mulai terbentuk sebagai peradaban sebelum migrasi mereka ke Lembah Meksiko.
Beberapa percaya itu adalah tanah mitos, mirip dengan Atlantis atau Camelot, yang akan hidup melalui legenda tetapi tidak akan pernah ditemukan dalam keberadaan fisik. Sementara, masyarakat lain percaya, pulau Aztlan ini memang benar adanya dan akan diidentifikasi lokasi fisiknya suatu hari nanti.
Pembentukan peradaban di Aztlan berasal dari legenda. Menurut legenda Nahuatl, ada tujuh suku yang pernah tinggal di Chicomoztoc atau yang disebut “tempat tujuh gua”. Suku-suku ini mewakili tujuh kelompok Nahua, yakni Acolhua, Chalca, Mexica, Tepaneca, Tlahuica, Tlaxcalan, dan Xochimilca (sumber yang berbeda memberikan variasi pada nama tujuh kelompok). Ketujuh kelompok tersebut memiliki bahasa yang sama, kemudian meninggalkan gua masing-masing dan menetap sebagai satu kelompok di dekat Aztlan.
Kata Aztlan berarti “tanah di utara; tanah tempat kami, suku Aztec, datang”. Konon, orang-orang yang mendiami Aztlan dikenal sebagai suku Aztec, yang kemudian bermigrasi dari Aztlan ke Lembah Meksiko. Migrasi Aztec dari Aztlan ke Tenochtitlan adalah bagian yang sangat penting dari sejarah Aztec. Ini dimulai pada 24 Mei 1064, yang merupakan tahun matahari Aztec pertama.
Pencarian tanah Aztlan telah membentang dari Meksiko Barat sampai ke gurun Utah, dengan harapan menemukan pulau legendaris dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang asal muasal suku Aztec serta sejarah Meksiko kuno. Namun sampai hari ini, keberadaan pulau yang dikenal sebagai Aztlan belum juga dikonfirmasi, sehingga lokasi dan keberadaannya pun tetap menjadi misteri.
2. Tanah Lyonesse yang Hilang, Kota Legendaris di Dasar Laut
Dalam legenda Arthurian, Lyonesse adalah negara asal Tristan dari kisah legendaris Tristan dan Iseult. Tanah mitos Lyonesse kini disebut sebagai "Tanah Lyonesse yang Hilang" karena pada akhirnya dikatakan telah tenggelam ke laut. Namun, kisah legendaris Tristan dan Iseult menunjukkan, Lyonesse dikenal sebagai lebih dari sekadar tenggelam ke dalam lautan, dan memiliki kehadiran legendaris saat dia tetap berada di atas tanah.
Meskipun Lyonesse sebagian besar disebut dalam cerita legenda dan mitos, tetapi sebagian orang percaya, Lyonesse mewakili kota yang sangat nyata yang tenggelam ke laut bertahun-tahun lalu. Ada beberapa variasi dalam legenda yang melingkupi tenggelamnya daratan.
Sebelum tenggelam, Lyonesse cukup besar, berisi 140 desa dan gereja. Lyonesse dikatakan telah menghilang pada 11 November 1099 (walaupun beberapa cerita menggunakan tahun 1089, dan beberapa berasal dari abad ke-6). Tiba-tiba daratan itu dibanjiri laut hingga seluruh desa ditelan dan orang-orang serta hewan di daerah itu tenggelam. Setelah tertutup air, tanah tersebut tidak pernah muncul kembali.
Sementara dalam kisah Arthurian legendaris, ada beberapa kepercayaan, Lyonesse pernah menjadi tempat yang sangat nyata dan melekat pada Kepulauan Scilly di Cornwall, Inggris. Bukti-bukti menunjukkan, permukaan laut jauh lebih rendah di masa lalu, sehingga sangat mungkin daerah yang dulunya merupakan pemukiman manusia di atas tanah sekarang berada di bawah permukaan laut. Memang, nelayan di dekat Kepulauan Scilly pernah menceritakan kisah mengambil potongan bangunan dan struktur lain dari jaring ikan mereka. Tetapi kisah-kisah itu tak pernah dibuktikan dan dipandang sebagai dongeng belaka oleh beberapa orang.
3. Pencarian El Dorado, Kota Emas yang Hilang
Selama ratusan tahun, pemburu harta karun dan sejarawan sama-sama mencari El Dorado, kota emas yang hilang. Gagasan tentang kota penuh dengan emas dan kekayaan lain tentu saja memiliki daya tarik alami, menarik perhatian individu dari seluruh dunia dengan harapan menemukan harta karun pamungkas dan keajaiban kuno. Terlepas dari banyaknya ekspedisi di seluruh Amerika Latin, kota emas tetap menjadi legenda, tanpa bukti fisik yang mendukung keberadaannya.
Asal usul El Dorado berasal dari cerita legenda suku Muisca. Setelah dua migrasi (satu pada 1270 SM dan satu lagi antara 800 dan 500 SM), suku Muiska menduduki wilayah Cundinamarca dan Boyaca di Kolombia. Menurut legenda, seperti yang tertulis dalam "El Carnero" karya Juan Rodriguez Freyle, Muiska mempraktikkan ritual untuk setiap raja baru yang melibatkan debu emas dan harta berharga lainnya.
Ya, ketika seorang pemimpin baru diangkat, banyak ritual yang akan dilakukan sebelum ia mengambil perannya sebagai raja. Dalam salah satu ritual ini, raja baru akan dibawa ke Danau Guatavita, di mana ia akan ditelanjangi dan diselimuti debu emas. Dia juga akan ditempatkan di atas rakit yang dihias bersama para pelayan serta tumpukan emas dan batu mulia. Rakit itu akan dikirim ke tengah danau, di mana raja akan membersihkan debu emas dari tubuhnya. Sedangkan para pelayannya akan melemparkan kepingan emas dan batu berharga ke dalam danau.
Ritual ini dimaksudkan sebagai pengorbanan kepada dewa Muiska. Bagi orang Muiska, "El Dorado" bukanlah kota, tetapi raja yang menjadi pusat ritual yang juga disebut "Yang Berlapis Emas". Sementara El Dorado dimaksudkan untuk merujuk pada Yang Bersepuh, namanya kini menjadi identik dengan kota emas yang hilang.
Pada tahun 1545, Conquistadores Lazaro Fonte dan Hernan Perez de Quesada berusaha mengeringkan Danau Guatavita. Ketika melakukannya, mereka menemukan emas di sepanjang pantainya. Hal ini memicu kecurigaan mereka danau itu berisi harta kekayaan. Mereka lantas bekerja selama tiga bulan hingga para pekerja membentuk rantai ember, tetapi mereka tidak dapat mengeringkan danau dengan cukup untuk mencapai harta karun jauh di dalam danau.
Pada tahun 1580, upaya lain untuk mengeringkan danau dilakukan oleh pengusaha bisnis Antonio de Sepulveda. Lagi-lagi, berbagai keping emas ditemukan di sepanjang pantai. Namun, harta karun di kedalaman danau tetap tersembunyi. Pencarian lainnya sempat dilakukan di Danau Guatavita, dengan perkiraan danau tersebut berisi emas hingga 300 juta dolar USA. Akan tetapi, mereka tetap tidak berhasil menemukan harta karun tersebut. Hingga akhirnya, semua pencarian terhenti karena pemerintah Kolombia menyatakan danau tersebut merupakan kawasan lindung pada tahun 1965.
4. Kota Z yang Hilang
Legenda terkait kota emas yang hilang seperti El Dorado juga ada sejak orang-orang Eropa pertama kali tiba di Dunia Baru, tetapi dengan nama yang berbeda. Penakluk Spanyol, Francisco de Orellana adalah orang pertama yang menjelajah di sepanjang Rio Negro untuk mencari kota dongeng ini.
Pada tahun 1906, Royal Geographical Society, organisasi Inggris yang mensponsori ekspedisi ilmiah, mengundang Fawcett untuk mensurvei bagian perbatasan antara Brasil dan Bolivia. Dia menghabiskan 18 bulan di daerah Mato Grosso dan selama berbagai ekspedisinya Fawcett menjadi terobsesi dengan gagasan tentang peradaban yang hilang di daerah ini.
Pada 1920, Fawcett menemukan dokumen di Perpustakaan Nasional Rio De Janeiro yang disebut Manuscript 512. Itu ditulis oleh seorang penjelajah Portugis pada 1753, yang mengaku telah menemukan kota bertembok jauh di wilayah Mato Grosso di hutan hujan Amazon. Naskah itu menggambarkan kota yang hilang dan kota perak dengan gedung-gedung bertingkat, lengkungan batu yang menjulang tinggi, serta jalan-jalan lebar yang mengarah ke danau tempat penjelajah itu melihat dua orang Indian kulit putih di dalam sampan.
Pada 1921, Fawcett memulai ekspedisi pertamanya untuk menemukan Kota Z yang Hilang, tetapi timnya sering terhalang oleh kesulitan hutan, hewan berbahaya, dan penyakit yang merajalela. Pencarian puncaknya terjadi pada 1925. Percy Fawcett yang berusia 58 tahun pergi ke hutan Brasil untuk menemukan kota hilang misterius yang disebutnya "Z". Namun, dia dan timnya justru menghilang tanpa jejak hingga cerita itu menjadi berita terbesar pada zamannya. Meskipun ada misi penyelamatan yang tak terhitung jumlahnya, tetapi Fawcett tidak pernah ditemukan.
Walaupun kota Z yang hilang tidak pernah ditemukan, tetapi banyak kota kuno dan sisa-sisa situs religius telah ditemukan dalam beberapa tahun terakhir di hutan Guatemala, Brasil, Bolivia, dan Honduras. Dengan munculnya teknologi pemindaian baru, ada kemungkinan, kota kuno yang terkait dengan legenda Z dapat ditemukan suatu hari nanti.
5. Kota Gurun yang Hilang di Dubai
Salah satu kota hilang yang paling terkenal di Arab adalah kota abad pertengahan Julfar. Julfar diyakini sebagai rumah bagi pelaut Arab legendaris Ahmad ibn Majid, bahkan diduga sebagai tempat tinggal Sindbad si Pelaut fiksi. Julfar berkembang pesat selama seribu tahun, sebelum akhirnya jatuh ke dalam kehancuran dan menghilang dari ingatan manusia selama hampir dua abad.
Tidak seperti kota-kota gurun lainnya, Julfar adalah pelabuhan yang berkembang pesat, bahkan menjadi pusat perdagangan Arab Teluk selatan pada Abad Pertengahan. Julfar diketahui berada di suatu tempat di pantai Teluk Persia di utara Dubai, tetapi situs sebenarnya hanya ditemukan oleh para arkeolog pada 1960-an. Tanda-tanda awal pemukiman yang ditemukan di situs tersebut berasal dari abad ke-6, saat penduduknya sudah berdagang sejauh India dan Timur Jauh secara rutin.
Abad ke-10 hingga ke-14 adalah zaman keemasan bagi Julfar serta perdagangan dan pelayaran jarak jauh Arab. Sebagai basis utama untuk pelayaran dan perdagangan, Julfar adalah kota terbesar dan terpenting di Teluk selatan selama lebih dari seribu tahun. Para saudagar Arab secara rutin melakukan perjalanan laut raksasa selama 18 bulan untuk berdagang ke China.
Pusat komersial yang begitu berharga ini terus-menerus menarik perhatian para penjelajah di luar Arab. Hingga akhirnya Portugis mengambil alih kekuasaan ini pada abad ke-16, saat Julfar adalah kota besar berpenduduk sekitar 70.000 orang. Seabad kemudian, Persia merebutnya, tetapi pada 1750 mereka menyerah pada suku Qawasim dari Sharjah yang menempatkan diri mereka di sebelah di Ras al-Khaimah.
Tak lama, mereka meninggalkan Julfar sehingga lama-kelamaan kota itu terlupakan dan hanya menjadi reruntuhan di antara bukit-bukit pasir. Saat ini sebagian besar area Kota Julfar kemungkinan besar masih tersembunyi di bawah bukit-bukit pasir yang luas di utara Ras al-Khaimah, meski demikian kisah kota Julfar ini masih menjadi misteri.
Editor: Vien Dimyati