Misteri Matotonan, Desa Gaib di Jantung Siberut Mentawai Dipercaya Dijaga Roh Hutan
JAKARTA, iNews.id - Di tengah hutan lebat Siberut yang nyaris tak terjamah, berdiri sebuah desa yang dipercaya dijaga oleh roh-roh leluhur dan kekuatan alam tak kasat mata, Desa Matotonan. Ya, Desa Matotonan bukanlah desa biasa. Terletak jauh di pedalaman Siberut, Mentawai.
Wilayah ini dikenal sebagai pusat kekuatan spiritual Suku Mentawai. Kabut pagi yang menggantung tebal dan deru Sungai Rereiket bukan sekadar pemandangan alam, melainkan gerbang menuju dunia lain yang tak semua orang bisa pahami.
Nama Matotonan diambil dari banyaknya tanaman kecombrang (totonan) yang tumbuh liar. Namun warga percaya, bukan hanya tumbuhan yang hidup subur di sana—melainkan juga arwah leluhur dan makhluk halus penjaga hutan.
Kampung Para Leluhur dan Roh Pengungsi Perang
Matotonan lahir dari pelarian klan-klan besar yang menghindari konflik berdarah di Simatalu tahun 1930-an. Mereka mendirikan kampung di hulu Sarereiket dan memulai hidup baru. Namun jejak darah dan ritual leluhur dari kampung lama tetap dibawa.
Hingga kini, warga percaya bahwa hutan Matotonan menyimpan roh-roh tua yang masih bersemayam. Mereka harus dihormati agar tak menimbulkan sakit, petaka, atau kegagalan panen. Setiap bangunan dan ladang harus mendapat restu spiritual.

Uma: Rumah Sakral Penghubung Manusia dan Alam Gaib
Uma adalah rumah adat yang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga pusat komunikasi dengan dunia roh. Di sinilah para tetua menggelar ritual, memanggil arwah, dan meminta petunjuk dari kekuatan gaib.
Di dalam uma tergantung tengkorak babi, kuali besar, dan kentongan tuddukat yang dipercaya sebagai media pemanggil roh. Setiap dentingan gong dan ketukan tuddukat dianggap sebagai panggilan pada dunia tak kasat mata.
Warga Matotonan tidak hanya bertani dan berburu. Mereka hidup berdampingan dengan alam dan kekuatan gaib di sekelilingnya. Hutan bukan sekadar tempat mencari makan, tapi ruang suci yang penuh pantangan.
Makanan pokok seperti sagu dan keladi diolah dengan tata cara sakral. Beberapa warga masih memeras batang sagu dengan tangan dan kaki karena percaya bahwa sentuhan manusia lebih diterima oleh roh leluhur.
Perempuan dan Ritual Gaib Penyeimbang Energi
Perempuan Matotonan punya peran penting dalam menjaga keseimbangan dunia nyata dan spiritual. Mereka menyiapkan sesajen, memotong bambu sakral (okbuk), hingga menyusun kapurut sebagai pelindung energi saat upacara.
Dalam ritual besar lia di, para perempuan membawa makanan untuk roh dan menata altar alam. Mereka dipercaya bisa merasakan perubahan energi dan menjadi penyeimbang bila suasana menjadi ‘berat’.
Sikerei, Penjaga Batas Dunia Nyata dan Rohani
Sikerei bukan sekadar dukun. Mereka adalah penjaga pintu antara manusia dan roh hutan. Dengan tato di sekujur tubuh dan mantera kuno, mereka menyembuhkan, menenangkan roh yang marah, dan menolak kutukan.
“Kalau orang sakit, kami lihat dulu rohnya. Kadang dia disakiti roh hutan. Baru kami obati,” ujar seorang Sikerei di Matotonan.
Ritual penyembuhan melibatkan tarian, ramuan, dan dialog spiritual yang sulit dipahami oleh orang luar. Namun bagi warga, inilah warisan yang menjaga mereka dari kehancuran.
Matotonan bukan sekadar desa pedalaman, tetapi ruang antara dunia nyata dan alam gaib yang masih hidup. Di tengah kemajuan zaman, desa ini tetap jadi tempat di mana roh-roh leluhur didengarkan, ritual kuno dijalankan, dan dukun suci menjaga batas realitas. Jika Anda berani, Matotonan menunggu untuk membuka tabir spiritualnya.
Editor: Dani M Dahwilani