Pariwisata Nepal Hancur! Bandara Internasional Kathmandu Tutup
KATHMANDU, iNews.id - Pariwisata Nepal hancur. Bandara Internasional Tribhuvan yang ada di Kathmandu ditutup gegara aksi demonstrasi besar-besaran di wilayah tersebut.
Mengacu pada laporan Outlook Traveller, bandara internasional Tribhuvan ditutup sejak Selasa, 9 September 2025. Langkah ini diambil dengan alasan menjaga keamanan. Terlebih, aksi demonstrasi terjadi tak jauh dari lokasi bandara.
"Penutupan bandara dilakukan akibat aksi demonstrasi yang berada tak jauh dari bandara. Aksi tersebut menimbulkan kekhawatiran keamanan," ungkap laporan Outlook Traveller, dikutip Rabu (10/9/2025).
"Karena bandara ditutup, semua penerbangan domestik maupun internasional ditangguhkan," tambah laporannya.
Maskapai penerbangan India yang paling terdampak. Misalnya saja Air India, maskapai itu membatalkan penerbangan rute Delhi-Kathmandu, dan beberapa pesawat terpaksa kembali mengudara.
Lalu, ada maskapai IndiGo yang memilih mengalihkan penerbangan dari Delhi dan Mumbai ke Lucknow sebelum menangguhkan semua layanan hingga pemberitahuan lebih lanjut. Kemudian ada SpiceJet dan Nepal Airlines yang juga membatalkan penerbangan.
Baik Air India maupun IndiGo telah mengumumkan keringanan biaya penjadwalan ulang dan pembatalan bagi penumpang yang terdampak hingga 12 September. Para pelancong diimbau untuk memeriksa imbauan maskapai secara berkala karena belum ada tanggal pasti yang ditetapkan untuk dimulainya kembali penerbangan.
Sementara itu, Hotel Hilton di Kathmandu telah hangus terbakar. Massa aksi menyasar hotel bintang 5 tersebut sebagai target pembakaran.
Beberapa netizen di X membagikan foto penampakan Hotel Hilton yang sedang terbakar. Begitu mengerikan, karena seluruh lantai hotel hangus terbakar.
Akun X ANI memperlihatkan bangunan hotel bintang 5 itu sudah tak tersisa. Bangunan menjadi hitam gegara api membakar seluruh bangunan hotel.
Tak ada yang tersisa, semuanya hangus terbakar oleh massa aksi Gen Z Nepal. Menurut laporan Outlook Traveller, pembakaran hotel ini tanda betapa cepatnya situasi memburuk di Nepal.
Editor: Muhammad Sukardi