Perayaan Cap Go Meh, Gen Z Semangat Ibadah di Wihara Dharma Bakti Glodok
JAKARTA, iNews.id - Salah satu vihara tertua di Jakarta, Wihara Dharma Bakti di Petak Sembilan, Glodok, Jakarta Barat ramai didatangi umat dari berbagai daerah untuk merayakan Cap Go Meh. Bahkan sejak pagi hari mereka satu per satu berdatangan untuk melakukan sembahyang kepada leluhur.
Semakin siang, semakin ramai pula umat yang hadir ke Wihara Dharma Bakti. Momentum Cap Go Meh memang menjadi salah satu perayaan yang sama pentingnya dengan Imlek. Cap Go Meh dimaknai sebagai penutup dari seluruh rangkaian perayaan Imlek.
Oleh karenanya, antusiasme masyarakat Tionghoa dalam menyambut perayaan ini begitu besar. Umat yang beribadah ke Wihara Dharma Bakti memang sebagian besar sudah berkeluarga hingga lanjut usia. Meski begitu, ternyata masih ada para Gen Z yang antusias untuk mengikuti ibadah dalam perayaan Cap Go Meh ini.
Seperti halnya dengan Agner (21) dan Valencia (22). Keduanya adalah mahasiwa rantau dari salah satu universitas ternama di Jakarta. Agner berasal dari Sibolga, Sumatera Utara. Sementara, Valencia berasal dari Kota Pekanbaru, Riau. Keduanya mengadu nasib di Ibu Kota demi mengemban ilmu.
Jauh dari keluarga bukan alasan bagi Agner dan Valencia agar tidak mengikuti perayaan Cap Go Meh. Keduanya mendatangi Wihara Dharma Bakti untuk sembahyang dan menyelipkan harapannya untuk tahun yang baru ini kepada leluhur sejak pukul 09.00 WIB.
“Kami sih tadi sembahyang di atas dan sembahyangnya ada beberapa tahap, terus setelah itu kami nuangin minyak dan ke bawah lagi, sama ngucapin harapan-harapan," ujar Agner saat ditemui di Wihara Dharma Bakti Glodok, Sabtu (24/2/2024).
Agner menjelaskan, tradisi perayaan Cap Go Meh di Wihara Dharma Bakti berbeda dengan tempat asalnya. Di daerah Sumatera Utara biasanya Cap Go Meh ada perayaan meriah seperti lempar batu di malam hari.
Sementara, di Wihara Dharma Bakti dari tahun ke tahun tidak mengadakan perayaan khusus, hanya membuka untuk para umat yang hendak beribadah secara pribadi saja. Meski begitu, Agner dan Valencia tetap menikmati ibadah tersebut dengan khusyuk.
“Di Daerah asalku sih kami biasanya Cap Go Meh ada perayaan juga, terus setelah itu malamnya ada tradisi kayak lempar batu gitu. Cuma emang agak berbeda ya di setiap daerah,” katanya.
Agner dan Valencia pun berharap agar sepanjang tahun Naga Kayu yang identik dengan keberuntungan, keduanya menjadi pribadi yang lebih baik dan menjadi berkat kelancaran hingga akhir tahun nanti
“Pastinya lebih baik ke depannya. Di tahun baru pengennya yang lebih baik lagi, segala rintangan semoga bisa dihadapi dengan baik dan dilancarkan segalanya,” ujar dia.
Editor: Vien Dimyati