Ritual Kebo-keboan Sukses Pikat Turis Travelling ke Banyuwangi
JAKARTA, iNews.id - Banyaknya event di Kabupaten Banyuwangi jadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten berjuluk Sunrise of Java itu. Salah satunya saat Ritual Budaya Kebo-keboan yang digelar di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jawa Timur.
Ribuan orang tampak memadati desa Alasmalang, Minggu 23 September 2018. Wisatawan yang datang antusias untuk melihat acara yang masuk dalam Calender event Banyuwangi Festival.
"Jumlah event di Banyuwangi tahun 2018 sebanyak 77 event. Event ini sudah masuk di agenda Banyuwangi Festival dan membantu masyarakat. Apalagi ini dibuat oleh rakyat, khususnya di Desa Alasmalang," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, dalam keterangannya kepada iNews.id, Selasa (26/9/2018).
Azwar Anas juga mengatakan, pihaknya terus menjaga kegiatan seperti ini. Bahkan, event seperti ini sangat terus didorong agar masyarakat bisa menikmati langsung dampaknya.
"Event seperti ini sangat mengantre, namun kita melihat kesiapan masyarakat menjadi hal utama. Ini dalam rangka mendorong kebudayaan mendapat impact dari kegiatan Banyuwangi Festival, sehingga bisa membawa impact besar buat pariwisata di Indonesia, khususnya Banyuwangi," ujarnya.
Event Kebo-keboan sendiri dimulai dari persiapan para peserta berdandan layaknya kerbau (kebo). Mereka memakai aksesori lengkap dengan tanduk buatan dan lonceng di lehernya. Tidak hanya itu, agar terlihat mirip kerbau. Mereka melumuri tubuhnya dengan cairan hitam yang terbuat dari oli dan arang.
Sebelum pawai Kebo-keboan dimulai, para sesepuh di Desa Alasmalang mengelar upacara selamatan hingga pembacaan doa. Hal itu untuk meminta berkah keselamatan selama acara berlangsung.
Usai upacara selamatan, dimulailah arak-arakan kerbau manusia. Mereka diarak layaknya kerbau yang sedang membajak sawah, lengkap dengan tali untuk mengikat kerbau. Para kerbau manusia didampingi petani di belakangnya. Petani sendiri tidak bisa memaksa ke mana Kebo-keboan itu berjalan, hanya sebatas mengarahkan.
Mereka jalan ke segala arah untuk mencari kubangan lumpur. Menyeruduk warga yang melihat. Setelahnya, mereka menceburkan diri di kubangan yang dekat dengan balai desa.
Setelah kebo-keboan berkumpul di kubangan, munculah peran Dewi Sri (simbol kesuburan dan kemakmuran) untuk menebar benih. Hal itu sebagai pertanda bila pertanian segera dimulai dan para kerbau sibuk berebut benih yang dilemparkan Dewi Sri itu. 
"Ritual serta budaya menjadi satu kesatuan yang tak dipisahkan, sehingga semua bisa menikmati. Banyuwangi memberi penghargaan kepada masyarakat melalui tradisi budaya, dengan dihormati. Hal itu yang membuat masyarakat akan berkembang dengan sendirinya," kata Anas.
Di kesempatan yang sama, Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar Guntur Sakti mengatakan, ritual budaya Kebo-keboan menjadi wisata atraktif yang mengeksplorasi seni budaya dan keindahan alam.
“Atraksi ini sebagai cara ampuh untuk meningkatkan awareness orang dan masyarakat Banyuwangi. Sudah terbukti, banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara menikmati aneka atraksi wisata di Banyuwangi. Direct impact-nya juga langsung terasa oleh masyarakat," kata Guntur.
Editor: Tuty Ocktaviany