Terungkap, seperti Ini Kehidupan Prasejarah Papua yang Terlukis di Batuan Purba
JAKARTA, iNews.id - Ada banyak hal menarik di Papua yang bisa dieksplorasi wisatawan. Terutama jika Anda singgah ke Jayapura. Di sini terdapat objek wisata eksotis yang menakjubkan.
Bahkan, Jayapura juga menyimpan situs kuno. Namanya cukup unik, Tutari. Sejatinya, Tutari merupakan kawasan cagar budaya berbentuk situs megalitik yang berada di atas bukit berketinggian antara 150-200 meter di atas permukaan laut.
Letaknya di Kampung Doyo Lama yang permukimannya dibangun berbaris rapi mengikuti alur tepian Danau Sentani, ujungnya tanjung yang kerap disebut sebagai Bukit Teletubbies.
Di bagian timur laut dari situs yang masuk wilayah Distrik Waibo di Kabupaten Jayapura ini terhampar Pegunungan Cycloop dengan bentang alam memesona, memanjang dari barat ke timur.
Lantas, seperti apa keunikan dari Situs Tutari? Berikut ulasannya dirangkum melalui Indonesia.go.id, Sabtu (31/7/2021).
Situs ini dapat dijangkau dengan berkendara sejauh 7 kilometer selama 20 menit dari Bandar Udara Sentani atau sekitar satu jam berkendara berjarak 42 km dari pusat Kota Jayapura, Ibu Kota Provinsi Papua.

Di tempat ini, Anda dapat menyaksikan warisan budaya manusia bernilai sejarah tinggi dari masa prasejarah Papua. Situs megalitik Tutari memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari temuan peninggalan arkeologi di dalamnya yang cukup lengkap. Seperti temuan lukisan pada bongkahan-bongkahan batu tersebar hampir di semua permukaan situs.
Ada pula beberapa susunan batu temugelang, batu berjajar, batu-batu berlukis, dan kelompok menhir. Batuan ini tersebar hingga ke puncak bukit, tersembul di antara tingginya ilalang, semak belukar, serta pohon-pohon kayu putih (Melaleuca cajuputi).

Mengutip hasil penelitian berjudul “Pengelolaan Situs Megalitik Tutari” yang dilakukan Erlin Novita, peneliti Balai Arkeologi Jayapura, disimpulkan, pada masa lampau lokasi itu dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan religius bagi masyarakat Tutari, salah satu suku di barat Danau Sentani.
Berdasarkan penuturan para tokoh masyarakat Doyo Lama, suku Tutari pernah ada sekitar 6.000 tahun lampau di perkampungan bernama Tutari Yoku Tamaiyoku. Namun, mereka akhirnya punah ketika terlibat perang antarsuku untuk memperebutkan wilayah dengan Ebe, suku yang berasal dari wilayah Pulau Yonoqom atau Yonahang.
Peninggalan megalitik di Situs Tutari setidaknya dibagi menjadi enam sektor. Sektor pertama berupa batu berlukis (rock art) di mana terdapat 147 karya lukis di atas 115 bongkahan batu menggunakan teknik gores.
Ada yang dilukis tunggal atau terdiri dari 2-5 lukisan dalam satu bongkahan batu. Ada 13 jenis dan motif lukisan, di antaranya unsur matahari, manusia, flora, dan satwa. Lukisan terbanyak yaitu motif ikan (95 buah), biawak (18), dan kura-kura (13).
Terdapat empat bongkahan batu berjajar saling berdekatan dipahat membentuk bagian kepala, leher dan badan. Batu-batu tersebut dijuluki sebagai batu ondoafi. Keempat batu itu dianggap mewakili suku yang pernah ada di Doyo Lama.
Batu-batu ini bentuknya seperti manusia seolah sedang menatap ke Kampung Doyo Lama. Saat ini, kondisi batu-batu tersebut sudah mulai terkikis oleh iklim sehingga bentuk dan besarannya sudah tidak sama lagi.
Editor: Vien Dimyati