Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Kemenpar Bagi-Bagi Paket Wisata Libur Nataru 2025, Banyak Diskon Tiket Pesawat!
Advertisement . Scroll to see content

Mengenal Asal Usul Tugu Pepadun di Lampung, Ada Daya Tarik Sejarah hingga Suku Asli

Selasa, 13 September 2022 - 11:02:00 WIB
Mengenal Asal Usul Tugu Pepadun di Lampung, Ada Daya Tarik Sejarah hingga Suku Asli
Mengenal asal usul Tugu Pepadun di Lampung (Foto: Instagram @rama_arts)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Tugu Pepadun merupakan salah satu ikon Lampung yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Saat singgah ke Lampung belum lengkap untuk mengunjungi tugu ini untuk berswafoto.

Membahas mengenai destinasi wisata di Lampung memang tidak ada habisnya. Salah satunya adalah Wisata Taman Tugu Pepadun Gunung Sugih, yang berada di Lampung Tengah.

Tempat tersebut telah menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung. Ruang terbuka hijau ini sering dijadikan tempat bersantai dan menikmati waktu pagi atau sore hari oleh wisatawan.

Lantas, apa saja yah daya tarik dari Tugu Pepadun? Berikut ulasannya dirangkum pada Selasa (13/9/2022).

Lokasi

Tugu Pepadun berada di Jalan Lintas Timur, Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah. Bagi masyarakat Lampung, lokasi ini pasti sudah tidak asing lagi, sebab lokasinya tepat di jalan utama dari arah Kotabumi, Kota Gajah dan Bandar Lampung. Terletak di pinggir jalan, lokasi ini sering dijadikan tempat nongkrong dan rekreasi oleh masyarakat sekitar maupun wisatawan.

Filosofi Tugu Pepadun

Dilihat dari bentuknya, Tugu Pepadun memiliki bentuk seperti dua pasangan tangan penari wanita dengan kukunya yang panjang. Tangan-tangan itu seakan menopang singgasana Pepadun yang di bagian atasnya dilindungi oleh payung bersusun tiga.

Tingkatan payung itu memiliki tiga warna, payung warna putih di bagian paling atas, warna kuning di tengah, dan warna merah di bagian bawah. Bagi masyarakat Lampung khususnya adat Pepadun, payung ini dinamakan sebagai payung agung, yang melambangkan tingkat kedudukan penyimbang atau kepala adat.

Penggunaan payung ini diatur secara ketat dalam ketentuan adat sehingga tidak sembarang orang dapat memakainya. Payung berwarna putih khusus digunakan oleh penyumbang marga atau mego, payung berwarna kuning digunakan oleh penyimbang tiyuh, sedangkan payung berwarna merah oleh penyimbang suku.

Pada bagian bawah patung telapak tangan penari ditopang oleh lapik persegi empat bertingkat tiga. Lapik paling bawah berukuran lebih besar dari lapik di atasnya.

Lapik teratas dihias relief kepala burung garuda dan lapik bagian tengah diisi oleh relief mahkota siger.

Penggunaan burung garuda pada relief ini dipercaya sebagai tunggangan para raja zaman dahulu. Tak heran dalam prosesi begawai, patung burung garuda selalu dihadirkan sebagai pelengkap dalam urut-urutan upacara.

Di saat malam hari di sekeliling tugu terdapat lampu hias yang meneranginya, sehingga pengguna jalan melihat keindahan yang begitu memancar dari Tugu Pepadun.

Sejarah

Kehadiran Tugu Pepadun juga dijadikan sebagai identitas suku bangsa untuk membedakan dengan masyarakat Lampung lain yaitu Saibatin.

Dalam bahasa Lampung, Pepadun memiliki arti berunding yang diperkirakan pertama kali didirikan oleh masyarakat Abung sekitar abad ke-17 di zaman seba Banten.

Pada abad ke-18 adat pepadun berkembang pula di Daerah Way Kanan, Tulang Bawang dan Way Seputih (Pubian). Kemudian pada permulaan abad ke-19 disempurnakan dengan masyarakat kebuayan inti dan kebuayan tambahan sehingga melahirkan Mego Pak Tulang Bawang (Marga Empat Tulang Bawang), Abung Siwo Mego, dan Pubian Telu Suku.

Dinobatkan sebagai cagar budaya

Dikarenakan sejarahnya yang cukup panjang, Tugu Pepadun terpilih sebagai satu dari 36 situs yang mendapatkan surat keputusan (SK) sebagai cagar budaya dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdik) Kabupaten Lampung Tengah pada 2017 lalu.

Daya tarik

Lokasi Tugu Pepadun yang berada di tengah-tengah jalan ini memang cukup sulit untuk dihampiri, sebab banyak kendaraan yang lalu lalang. Namun di area sekitar tugu terdapat taman kota yang biasa dijadikan masyarakat dan wisatawan untuk bersantai.

Tak hanya itu, banyak juga dari para wisatawan yang berfoto dengan background Tugu Pepadun. Saat sore hari terutama hari libur, area itu dipadati oleh masyarakat sekitar dan wisatawan untuk menikmati suasana jalan sambil memandang Tugu Pepadun. 

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut