Uniknya Perbatasan Purworejo dan Kulonprogo, Ada Misteri yang Bikin Penasaran
JAKARTA, iNews.id - Ada banyak hal menarik di Daerah Istimewa Yogyakarta yang bisa dijelajahi. Terutama jika singgah ke bagian perbatasan Purworejo dan Kulonprogo, Anda akan menemukan keunikan.
Mengutip melalui Instagram @punyapurworejo, wilayah perbatasan antara Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, dan Kabupaten Kulonprogo, DIY, menyimpan keunikan. Terlihat adanya panhandle atau juluran dari Kabupaten Kulonprogo ke wilayah Kabupaten Purworejo di bagian selatan.
Panhandle ini terletak di bagian dari Desa Jangkaran, Kabupaten Kulonprogo, dengan panjang sekitar 2,72 km menurut pengukuran tim punyapwrj.crew menggunakan Google Earth.
"Yang menarik, Desa Jangkaran, Kulonprogo, dikelilingi oleh empat desa di Kecamatan Purwodadi, Purworejo, yaitu Desa Jatikontal, Gedangan, Karanganyar, dan Jogoboyo. Uniknya, akses keluar masuk Desa Jangkaran hanya dapat dilalui dari keempat desa di Purwodadi," tulis akun tersebut.
Itulah salah satu misteri kenapa wilayah Desa Jangkaran masuk ke Kabupaten Kulonprogo. Ini menjadi hal menarik dan membuat penasaran bagi banyak orang. Sementara itu, di luar misteri desa tersebut ada hal menarik lainnya di perbatasan Purworejo dan Kulonprogo. Sebenarnya, perbatasan antara dua daerah tersebut memiliki beberapa keunikan yang menarik untuk diketahui.
Salah satu keunikan perbatasan Purworejo dan Kulonprogo adalah adanya jalan yang melewati tebing curam di sepanjang jalur. Selain itu, perbatasan ini juga dilintasi oleh Sungai Progo yang terkenal sebagai salah satu sungai besar di Jawa Tengah dan DIY.
Di sepanjang perjalanan di perbatasan Purworejo dan Kulonprogo, Anda juga akan menemukan pemandangan alam yang sangat indah, seperti perbukitan hijau dan persawahan yang luas. Tak heran jika daerah ini sering dijadikan lokasi wisata bagi para pencinta alam. Ada juga keunikan lainnya seperti adanya "Candi Ngempon" yang berada di perbatasan antara Purworejo dan Kulonprogo. Candi ini menjadi tempat persembunyian Raja Mataram ketika sedang berperang melawan Belanda di abad ke-18.
Editor: Vien Dimyati