Crazy Rich Nigeria Coba Mi Instan untuk Pertama Kali, Begini Reaksinya

JAKARTA, iNews.id - Perempuan kaya asal Nigeria, Mercedez, menceritakan pengalaman pertamanya menyantap mi instan. Dia mengaku aneh saat menyantap makanan tersebut.  
 
Berbeda halnya dengan masyarakat kebanyakan, ternyata Crazy Rich Nigeria, Mercedez, justru tak pernah mencicipi kenikmatan mi instan. Bahkan saat diminta mencobanya untuk pertama kali, Mercedez kelihatan sekali tampak jijik dan mual. 
 
Dilansir dari The Sun UK, Minggu (16/5/2021), Mercedez merupakan seorang wanita yang selama 24 tahun hidupnya tak pernah merasakan hidup susah. Untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, Mercedez tidak perlu bekerja keras, cukup menghubungi kakeknya dan dia akan mendapatkan hal itu.
 
"Jika saya membutuhkan uang atau hal apapun, biasanya saya akan email kakek saya. Dia akan memberikannya kepada saya dalam waktu 24 jam," ungkap Mercedez.
 
Dalam satu bulan, Mercedez yang berasal dari salah satu keluarga paling kaya asal Nigeria ini mendapatkan uang jajan sebanyak £1,500 alias Rp 30,1 juta. Uang sebanyak itu rupanya belum termasuk jatah biaya belanjanya.
 

Baca Juga

3 Cara Mengolah Rendang dan Ketupat Sisa Lebaran Jadi Menu Baru yang Lezat

Memiliki uang berlimpah, Mercedez mengaku bisa menghabiskan uang sekitar £100 (Rp 2 juta) setiap harinya, hanya untuk memesan makanan online dari penthousenya. Oleh karenanya, saat mengikuti acara Rich Kids Go Skint, Mercedez yang mengunjungi rumah keluarga miskin dan harus mengikuti gaya hidup orang tersebut.
 
Saat jam makan siang, Mercedez harus menukar salmon sashimi miliknya dengan mi instan milik Caitlyn dan Liam. Saat mencobanya, Mercedez mengaku aneh lantaran melihat potongan ayam di dalamnya.
 
"Mungkin ini akan terdengar bodoh. Tapi di sini ada mi dan ayam di dalamnya? Oke saya akan mencobanya," kata Mercedez.
 
"Saya mencoba untuk mengerti. Jadi mi instan itu ada di kotak tetapi tidak meledak? Saya tidak tahu. Kelihatannya dia tumbuh di dalam air. Sayang sekali itu satu-satunya pilihan untuk makan siang," lanjutnya.
 
 
 

Editor: Elvira Anna