Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Situasi Terkini Area Kuliner di Kalibata usai Dibakar Buntut 2 Matel Tewas Dikeroyok
Advertisement . Scroll to see content

HUT Jakarta, Kenalan dengan Dodol Betawi Legendaris, Ternyata Punya Filosofi Mendalam 

Rabu, 22 Juni 2022 - 13:27:00 WIB
HUT Jakarta, Kenalan dengan Dodol Betawi Legendaris, Ternyata Punya Filosofi Mendalam 
Menikmati dodol Betawi (Foto: Instagram @putriphotowork)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Hari Ulang Tahun Jakarta diperingati setiap tanggal 22 Juni. Perayaan Ultah Jakarta ini identik dengan kuliner tradisional dodol Betawi.

Perlu diketahui, dodol Betawi memiliki ciri khas yaitu berwarna hitam kecokelatan dengan variasi rasa rasa yang lebih sedikit daripada dodol dari daerah lain. Bahan-bahan yang diperlukan terdiri dari ketan putih, ketan hitam dan durian. 

Lantas, bagaimana proses pembuatan dodol Betawi dan filosofinya? Berikut ulasannya dirangkum pada Rabu (22/6/2022).

Proses pembuatan dodol Betawi terbilang rumit. Bahan baku pembuatannya adalah ketan, gula merah, gula pasir dan santan harus dimasak di atas tungku dengan kayu bakar kayu selama 8 jam. 

Selain itu, proses pembuatan dodol yang bermutu tinggi memerlukan waktu lama dan membutuhkan keahlian khusus. Maka, tak heran jika Anda menemukan pembuat dodol rata-rata usia mereka sudah sepuh.

Dodol Betawi umumnya dibuat sebagai penganan khusus untuk pesta, bulan Ramadan, Idul Fitri atau Idul Adha. Warga Jakarta atau wisatawan, bisa membeli dodol Betawi ini di sejumlah daerah. 

Terdapat juga beberapa wilayah di Jakarta dan sekitarnya yang masih memproduksi dodol Betawi, terutama di komunitas-komunitas warga Betawi, seperti di Condet, Jakarta Timur, Bogor dan Bekasi. Selain warga Betawi, dodol betawi juga dibuat oleh komunitas Tionghoa.

Asal usul dodol Betawi

Sementara itu, asal usul dodol Betawi memiliki filosofi yang cukup mendalam. Tidak hanya sekadar makanan atau oleh-oleh saja, tapi Anda harus simak sejarahnya.

Selain Betawi, daerah lain juga memiliki dodol yang menjadi ciri khasnya, misalnya dodol Garut, dodol Kandangan dari Kalimantan Selatan. Kemudian di Jawa Tengah dan Timur makanan ini disebut jenang. 

Jenang memang agak sedikit berbeda, biasanya, lebih lembek daripada dodol, lebih basah berminyak, dan umumnya dijual dalam bentuk lempengan atau plastikan. Jenang diiris sesuai permintaan pembeli. Dodol lebih kering (kesat), dipotong dengan ukuran 2 cm×1 cm×3 cm.

Dodol dikenal sebagai salah satu makanan khas Indonesia disebutkan dalam Kakawin Ramayana yang ditulis pada abad ke-9 pada era Kerajaan Medang, tepatnya pada Kakawin Ramayana bagian 17.112 yang berbunyi: "dwadwal anekawarṇa laketan tape panisi len" artinya dodol beraneka rupa, ketan, tapai, dan isian lainnya. 

Kemudian dalam Prasasti Gemekan 930 M sisi kanan baris 23 - 24 disebutkan "nanjapan, kurawu, kurima, asam, dwadwal, kapwa madulur malarih" yang artinya makanan ringan, seperti kurawu, kurima, asam, dodol, Semuanya diberi penerangan dan mendekat.

Nah, dalam proses pembuatan dodol Betawi dibutuhkan waktu lama dan kerjasama tim yang kuat. Untuk itu filosofi dodol bagi masyarakat Betawi adalah kebersamaan, gotong royong, dan kekeluargaan. Maka tak heran, masyarakat Betawi menganggap pembuatan dodol dapat mempererat persaudaraan.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut