Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Serabi Juga Bisa Jadi Menu Sarapan Lezat dan Bergizi, Ini Tipsnya!
Advertisement . Scroll to see content

Liburan ke Solo, Wajib Cicipi Jajanan Serabi yang Sudah Ada sejak 1923

Rabu, 02 Agustus 2023 - 23:09:00 WIB
Liburan ke Solo, Wajib Cicipi Jajanan Serabi yang Sudah Ada sejak 1923
Mencicipi serabi solo yang enak (Foto: Instagram @ronaaerlina)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Liburan ke Solo belum lengkap tanpa mencicipi kuliner enak dan lezat khas daerah. Salah satu yang harus dicicipi adalah serabi Solo.

Ya, perlu diketahui, belum lama ini, serabi masuk dalam tiga besar jajanan manis terbaik di dunia pada Juni 2023. Kabar itu diungkap oleh situs panduan kuliner dunia, TasteAtlas, yang merilis daftar best street food sweets atau jajanan manis terbaik di dunia.

Dalam daftar tersebut, terdapat beberapa jajanan manis khas Indonesia, satu di antaranya adalah serabi dengan skor 4,7 poin. Serabi masuk dalam urutan kedua jajanan manis terbaik di dunia setelah pastel de nata dari Portugis.

Serabi merupakan jajanan tradisional yang memiliki bentuk seperti pancake. Ada banyak jenis serabi di Indonesia, salah satunya serabi notosuman yang berasal dari Solo. Berbeda dengan serabi di daerah lain, serabi notosuman ini terbuat dari bahan-bahan seperti pandan, tepung beras, vanila, gula, santan, dan garam. Cara membuat serabi ini dengan menggunakan wajan kecil terbuat dari tanah liat dan dimasak di atas arang.

Serabi notosuman memiliki beberapa rasa, namun kebanyakan rasa original dan cokelat. Saat menyantap serabi ini, Anda akan merasakan wangi santan yang sangat khas. Untuk rasanya bercitarasa manis dan gurih. Biasanya serabi notosuman disajikan dalam bentuk gulungan menggunakan daun pisang sehingga menambah wangi dari serabi itu.

Bagi pencinta serabi tentu penasaran kan dengan asal-usul kudapan manis ini? Dilansir dari situs Indonesia Kaya, Rabu (2/8/2023) asal-usul serabi notosuman sempat diperdebatkan oleh pakar kuliner, Bondan Winarno. Almarhum Bondan menyebut serbai notosuman ini modifikasi dari appen khas India.

Menurut kepercayaan orang Jawa, kue apem memiliki kedudukan istimewa, sebab kue ini dijadikan sebagai bentuk doa untuk memeroleh pengampunan dan pengayoman. Hampir semua ritual upacara tradisional Jawa menggunakan kue apem sebagai sajian.

Ternyata dari kue apem yang membuat pasangan Hoo Gek Hok dan Tan Giok Lan membuka gerai pertamanya di Jalan Veteran tahun 1923. Saat membuka gerai itu, mereka sempat berganti lokasi, yakni di  Jalan Yos Sudarso, dan kemudian menetap di Jalan Mohammad Yamin, Solo sampai sekarang.

Dari menjual apem, pasangan itu kemudian berjualan serabi tanpa disengaja. Hal itu berawal ada pelanggan yang minta dibuatkan apem berbentuk pipih, ternyata seiring berjalannya waktu jajanan tersebut digemari dan mereka berhasil menciptakan serabi hasil pengembangan dari kue apem.

Wahjudi Pantja Sunjata dkk dalam buku Kuliner Jawa dalam Serat Centhini menyebut kini serabi menjadi identitas kuliner Kota Surakarta. Bahkan beberapa tempat menjadi pusat jajanan serabi adalah di daerah Pasar Pon, pasar tradisional, serta Kampung Notokusuman, yang kini dikenal dengan Notosuman.

“Sampai sekarang nama Serabi Notokusuman masih menjadi oleh-oleh khas Surakarta. Dinamakan demikian karena pembuat serabi yang “enak” berada di Kampung Notokusuman. Namun di kota Surakarta sangat mudah untuk menemukan makanan tradisional serabi ini," tulis Wahjudi.

Kini serabi notosuman identik dengan jajanan pasar bikinan pasangan Hoo Gek Hok dan Tan Giok Lan. Salah satu ciri khasnya adalah mereka menumbuk sendiri beras yang menjadi bahan bakunya. Beras yang digunakan pun kualitas terbaik, yaitu beras cendani dari Cianjur. Kue ini juga sama sekali tidak mengandung bahan pengawet, sehingga hanya bisa bertahan selama satu hari.

Usaha keluarga itu pun diwariskan turun-temurun dan kini diteruskan oleh kakak beradik Handayani dan Lidia yang sangat terkenal. Handayani menempati lokasi di outlet sejak era engkongnya di Jalan Mohammad Yamin, sementara Lidia membuka outlet lain sekira setarikan nafas dari lokasi outlet lama. Bahkan outlet mereka tak hanya ada di Solo, tapi beberapa kota di luar Jawa Tengah, seperti Bandung dan Jakarta.

Meski masih dalam satu garis keturunan, cara memasak kedua outlet ini berbeda. Outlet milik Handayani memakai tutup wajan dari tanah liat, sementara di outlet milik Lidia memilih memakai tutup dari aluminium. Tutup aluminium mempercepat proses pemanggangan, sementara tutup tanah liat lebih pada mempertahankan kesan tradisional.

Menariknya setiap outlet di kedua brand ini memiliki konsep open kitchen sehingga pembeli bisa menyaksikan langsung proses pembuatannya hingga disajikan. Untuk rasanya sendiri sebenarnya beragam, namun baik Handayani maupun Lidia konsisten hanya menjual dua rasa, yaitu polos dan cokelat. Kemudian, yang membuat serabi notosuman Handayani dan Lidia ini khas adalah, dibungkus dengan daun pisang. Hal itu dimaksudkan untuk menjaga identitas dan karakter, serta agar lebih praktis.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut