Mengenal Mbok Yem, Lansia yang Jual Nasi Pecel Satu-satunya di Atas Awan Gunung Lawu
JAKARTA, iNews.id - Bagi para pendaki Gunung Lawu, keberadaan warung Mbok Yem bukanlah hal baru. Diketahui, sebagai pelopor warung tertinggi di Indonesia, yaitu pada ketinggian 3150 mdpl, Mbok Yem sudah berjualan di puncak Gunung Lawu kurang lebih selama 30 tahun.
Menu makanan yang dijual oleh warung Mbok Yem ini, berupa nasi pecel sederhana dengan harga Rp15.000 per porsi, yang terdiri dari telur ceplok, nasi, sayuran, bihun, dan tentunya bumbu khas pecel daerah Magetan dari mbok Yem itu sendiri. Tak hanya itu, Mbok Yem juga menawarkan teh dan susu hangat yang dirasa cocok dengan udara dingin di gunung Lawu.
Tak hanya ada nasi pecel, menu andalan dari warung Mbok Yem adalah yakni soto. Namun menu-menu ini tidak selalu ada dan hanya ada di waktu-waktu tertentu seperti bulan Suro.
Adapun jenis makanan lain yang dijual oleh Mbok Yem seperti, makanan cepat saji, seperti mi intan dan ada pula aneka gorengan dengan harga yang sangat terjangkau, mengingat medan yang sulit untuk ditempuh. Penasaran seperti apa warung Mbok Yem yang berada di atas awan ini? Berikut ulasannya dirangkum pada Selasa (8/11/2022).

Awalnya seorang peracik jamu tradisional
Mbok Yem memiliki nama asli Wagiyem, usianya kini telah berumur 75 tahun. Mulanya, Mbok Yem adalah seorang penjual jamu, yang mencari bahan-bahan jamunya di sekitar Gunung Lawu bersama sang suami. Namun, setelah kematian sang suami, untuk mencari bahan-bahan jamu kemudian tugas tersebut digantikan oleh putranya. Awalnya Mbok Yem tidak memiliki rencana untuk membangun warung di puncak Lawu, namun setelah bertemu dengan seorang pendaki gunung, Mbok Yem membangun rumah sekaligus warungnya guna memenuhi kebutuhan logistik dari para pendaki gunung.
Hal paling mengesankan lagi, Mbok Yem memiliki peliharaan berupa seekor monyet di warungnya yang dinamakan “Temon Aditya”. Meskipun ada sang anak dan satu orang pekerja yang biasa membantu Mbok Yem di warung, hampir sebagian besar hari-hari Mbok Yem hanyalah seorang diri di atas puncak Lawu.
Bahkan, saat virus Covid-19 lalu menerpa Indonesia, Mbok Yem tetap bertahan di atas puncak gunung Lawu seorang diri. Hingga akhirnya jalur pendakian Lawu dibuka kembali, dan Mbok Yem melakukan rutinitasnya kembali untuk berjualan nasi pecel.
Dibantu porter untuk membawa bahan makanan
Di masa awal-awal berjualan di Gunung Lawu, Mbok Yem melakukan segala hal seperti membawa bahan makanannya ke puncak hanya ditemani oleh sang anak angkat, pak Muis yang telah menemaninya selama 17 tahun. Namun seiring bertambahnya usia, fisik Mbok Yem sudah tak dapat lagi melakukan hal fisik yang berat, sehingga dia meminta porter untuk membawa seluruh bahan makanannya ke atas. Untuk ongkos jasa porter ini, Mbok Yem harus merogoh kocek lumayan besar yaitu Rp500.000.
Mbok Yem turun dari puncak Lawu dengan bantuan tandu
Mengingat kondisi fisik Mbok Yem yang sudah tak lagi memungkinkan menjajaki turunan terjal dari Gunung Lawu, untuk mencapai ke kaki gunung Mbok Yem harus ditandu dua orang dengan biaya per orangnya sebesar satu juta rupiah. Diketahui juga Mbok Yem hanya turun ketika Lebaran Idul Fitri. Mbok Yem mengaku tak ingin menjadi beban bagi para anak-anaknya, sehingga dengan berjualan di puncak Lawu sangat membantu mewujudkan keinginannya tersebut.
Editor: Vien Dimyati