Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : 5 Perbedaan Kopi Robusta dan Arabika, Lebih Nikmat Mana?
Advertisement . Scroll to see content

Nikmatnya Menyeruput Kopi Daun Kawa Khas Minang di Batusangkar

Rabu, 21 Maret 2018 - 14:10:00 WIB
Nikmatnya Menyeruput Kopi Daun Kawa Khas Minang di Batusangkar
Menyeruput kopi daun kawa khas minang (Foto: Minangtourism)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, iNews.id - Hujan seringkali turun saat mengunjungi Batu Sangka, Sumatera Barat. Saat tidak hujan saja, udara di Batusangkar dingin, apalagi ketika hujan turun. Untuk menghangatkan tubuh, menyeruput kopi dapat menjadi pilihan.

Roky Yudhasena yang menemani perjalanan saya di Sumbar mengajak untuk menikmati kopi Kawa daun. Sore itu setelah hujan, kami berangkat menuju salah satu kedai yang ada di pinggir jalan. Pemandangan hamparan sawah yang menghijau menemani perjalanan itu.

Sampai di kedai, kami naik ke lantai dua kedai. Kedai di pinggir jalan ini terbuat dari bambu. Sambil menunggu pesanan, kami duduk santai. Roky mengungkapkan, Kopi daun kawa tidak dibuat dari biji kopi tetapi dari daun kopi. "Kopi di sini beda dari kopi biasanya, coba saja deh nanti rasanya," terang Roky Yudhasena kepada iNews.id, beberapa waktu lalu, di Batusangkar, Sumatera Barat.

Dahulu, masyarakat Sumbar dipaksa bekerja oleh Belanda untuk menanam kopi untuk keperluan perdagangan. Namun, mereka tidak pernah bisa mencicipi kopi yang ditanam, sebab kopi dianggap sebagai minuman kalangan tertentu. Karena tidak bisa menikmati kopi, masyarakat menggunakan daun kopi untuk diminum.

Namun pendapat lain mengatakan, kebiasaan meminum kopi daun kawa masyarakat Sumbar bukan dilatarbelakangi oleh peristiwa tanam paksa. Jauh sebelum penjajah Belanda datang, masyarakat telah menikmati kawa daun. Pohon kopi pun telah tumbuh di pedalaman. Di akhir abad 18 orang Minangkabau baru menyadari biji kopi bernilai tinggi.

Tidak lama menunggu, sajian kopi Kawa daun datang bersama dengan sepiring gorengan. Uniknya, kopi disajikan dengan batok kelapa sebagai gelasnya dan potongan bambu sebagai penyangganya. Saya pun mencicipi kopi secara perlahan, rasanya seperti teh dan kopi yang dicampur jadi satu. Warna lebih jernih jika dibandingkan kopi dari olahan biji kopi.

Momen itu akan menjadi momen yang terlupakan, sebab dari atas kedai, Gunung Marapi terlihat sangat gagah. Sayangnya, saya tidak dapat mendakinya karena hujan sering turun. Minum Kawa Daun dengan camilan gorengan sangat pas menemani sore yang dingin. Untuk menjadi segelas kopi, daun kopi disangrai selama 12 jam kemudian direbus. Setelah mendidih, air rebusan disaring dan dituang ke dalam batok kelapa.

Setelah kopi habis, kami pun pulang. Namun Roky mengajak saya melewati rute lain dari jalan berangkat. Dia mengajak saya untuk melihat hamparan sawah yang membentang sangat luas.

Menuju pergantian malam, pancaran sinar matahari yang mulai redup terlihat berwarna orange lalu menghitam. Kami merekam momen tersebut dengan kamera. Senja yang telah lama kami tunggu akhirnya terlihat. Sebab selama di sana, saya selalu ingin menikmati senja, namun hujan selalu saja turun. Setelah hari mulai gelap kami pulang.

Editor: Vien Dimyati

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut