"Upaya penguatan penerimaan, efisiensi pengeluaran dan perbaikan manajemen utang sangat krusial agar bisa keluar dari ‘masa sulit 2025 2026’," ucapnya.
"Kondisi fiskal yang berat dan tingkat Kondisi fiskal yang berat dan tingkat kepercayaan investor yang rendah merupakan tantangan utama pada sektor moneter. Reversal dari investasi portofolio merupakan tantangan terbesar. Perbaikan kepastian regulasi, manajemen utang, kebijakan terkait DHE dan SDA dalam mencari sumber pendanaan fiskal yang sustainable merupakan langkah prioritas," ujar Wijayanto.
Sementara itu, dalam 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ia mengaku belum bisa menilai kinerja pemerintahan. Sebab, ia baru melihat beberapa kecenderungan perbedaan respons narasi kementerian, menteri hingga pemerintahan pusat dengan daerah sehingga mengindikasikan kurangnya kesolidan.
"Pak Prabowo mendengarkan dari berbagai pihak, dalam halnya PPN 12 persen yang dibatalkan dan diperuntukan untuk barang mewah, tetapi insentif masih terus berjalan. Sehingga pengeluaran terus berjalan bahkan bertambah," kata Wijananto.