Sementara itu, pemerintah China juga berusaha meringankan beberapa beban keuangan orang tua dengan menargetkan bimbingan belajar (bimbel). Sektor ini pernah tumbuh pesat ketika siswa belajar online selama pandemi.
Unit pembelajaran online NetEase yang terdaftar di Bursa New York, Youdao kehilangan lebih dari 60 persen nilai pasarnya selama tiga hari perdagangan terakhir. Saham emiten pendidikan China yang terdaftar di AS, Gaotu Techedu, TAL Education dan New Oriental Education & Technology semuanya jatuh dengan jumlah yang sama, setelah regulator meluncurkan serangkaian aturan selama akhir pekan.
Aturan melarang perusahaan bimbel yang mengajar kurikulum sekolah tidak mengambil keuntungan, serta berhenti menawarkan kursus selama akhir pekan dan selama liburan sekolah. Perusahaan juga dilarang go public atau menambah modal.
“Agar tetap terdaftar, mereka mungkin perlu memisahkan bisnis yang melanggar aturan pemerintah,” kata Tommy Wang, analis China Merchants Securities yang berbasis di Hong Kong.
Menurut Shen Chanson and Co, dalam lingkungan yang tidak pasti ini, investor asing akan mempertimbangkan risiko kebijakan dan menilai kembali prospek untuk berinvestasi di perusahaan China. Tindakan keras terhadap perusahaan pendidikan, misalnya telah membuat investor global mulai dari SoftBank hingga Temasek berjuang menemukan solusi.
Mereka termasuk di antara investor yang telah berinvestasi besar pada startup pendidikan China seperti Yuanfudao, Zuoyebang dan Yi Qi Zuo Ye, yang sekarang juga menjadi sasaran pengawasan peraturan yang ketat dari regulator china.