"Saya baru saja membaca laporan hari ini, bahwa di bulan Maret, Eropa telah membeli, saya pikir, 15 persen lebih banyak minyak dan gas dari Rusia, dibandingkan bulan sebelumnya. Jika Anda melihat pembeli utama minyak dan gas dari Rusia, saya pikir Anda akan menemukan sebagian besar dari mereka berada di Eropa," kata Jainshankar, seperti dikutip The Guardian, Jumat (1/4/2022).
India selaku importir dan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, telah membeli minyak Rusia melalui tender spot dengan diskon besar karena pembeli lain mundur.
India telah membeli setidaknya 13 juta barel minyak Rusia sejak 24 Februari, dibandingkan dengan hampir 16 juta barel yang dibeli negara itu sepanjang 2021.
"Saat harga minyak naik, Saya pikir wajar bagi negara-negara untuk keluar dan mencari kesepakatan yang bagus untuk hal itu,” ujar Jainshankar.
Inggris selaku negara sekutu India, menyerukan agar negara itu ikut menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, dalam kunjungannya ke India baru-baru ini, berulang kali mengatakan bahwa dia tidak bermaksud untuk menguliahi orang-orang India, atau siapa pun, tentang bagaimana menanggapi invasi Rusia.
Namun Liz Truss menyebut konflik Rusia-Ukraina sebagai otoriter versus demokrasi. Dengan demikian, India sebagai negara demokrasi terbesar di dunia diharapkan dapat melawan negara otoriter seperti Rusia.
Selain Inggris, ada laporan tentang peringatan Amerika Serikat ke India untuk tidak memanfaatkan kunjungan menteri luar negeri Rusia, Sergei Lavrov, ke India untuk membuat kesepakatan baru yang dapat mendukung invasi negara itu terhadap Ukraina.