Menurutnya, perbedaan imbal hasil antara obligasi pemerintah Indonesia dan obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) tampaknya cukup untuk dibiarkan seperti saat ini, menyusul kasus Silicon Valley Bank (SVB) baru-baru ini yang dapat mendorong the Fed untuk lebih lunak dalam menetapkan tingkat suku bunga.
"Sayangnya, hal yang kurang menyenangkan baru-baru ini terjadi setelah dunia menyaksikan kebangkrutan SVB," terang Riefky.
Namun, di sisi lain, hal tersebut dapat mendorong the Fed untuk tidak terlalu agresif dalam memperketat kebijakan moneternya mengingat situasi pasar keuangannya yang masih dalam kondisi tidak stabil.
"Desakan penundaan pengetatan kebijakan moneter AS tersebut dapat menciptakan momentum aliran dana masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia," tutur Riefky.