NEW YORK, iNews.id – Bank besar Amerika Serikat (AS) Citigroup berencana untuk merekrut sebanyak 6.000 anak muda di Asia selama tiga tahun ke depan. Hal ini sebagai upaya dalam membantu melindungi kawasan tersebut dari ledakan pengangguran kaum muda akibat pandemi Covid-19.
Tak hanya itu, Citi juga menawarkan 60.000 pelatihan kerja bagi kaum muda Asia di bawah usia 24 tahun selama tiga tahun ke depan di seluruh bisnis ritel dan institusionalnya. Melalui Citi Foundation, bank yang berbasis di New York itu berkomitmen untuk menginvestasikan 35 juta Dolar AS dalam kontribusi filantropi dan hibah. Hal itu guna meningkatkan kemampuan kerja kaum muda dari masyarakat berpenghasilan rendah di Asia pada 2023.
“Kami menghadirkan program ini mengingat komunitas di Asia Pasifik menghadapi krisis pengangguran kaum muda, terutama di antara kelompok berpenghasilan rendah dan kurang terlayani karena dampak Covid-19,” ujar CEO Citi Asia Pasifik, Peter Babej dikutip dari Bloomberg pada Sabtu (19/9/2020).
Dalam perekrutan itu, posisi pekerjaan yang akan ditawarkan meliputi berbagai lini bisnis termasuk perbankan, pasar modal dan penasihat, pasar dan layanan sekuritas serta perbankan konsumen. Program itu juga mencakup campuran posisi baru dan kebutuhan pekerja tahunan. Proses perekrutan akan dilakukan di seluruh Asia Pasifik, dengan sebagian besar di Asia Tenggara.
Citi memperkirakan hingga akhir 2020, di 13 negara akan menunjukkan lonjakan yang cukup besar dengan tingkat pengangguran kaum muda dua kali lipat dari 2019. Sementara itu, Asia Pasifik sendiri adalah kawasan terbesar bagi Citi berdasarkan pendapatan di luar Amerika Utara, menyumbang sekitar 25 persen dari pendapatan global berdasarkan laporan pendapatan tahun 2020 hingga saat ini.
Asia Pasifik, merupakan rumah bagi lebih dari setengah populasi kaum muda dunia, yang jumlahnya diperkirakan mencapai 700 juta orang. Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), mereka sekarang menyumbang hampir setengah dari pengangguran di kawasan tersebut, meskipun jumlahnya hanya mencapai 20 persen dari populasi usia kerja.