"Selama ini kan kita telah melakukan hilirisasi nikel. Kita mempunyai komoditas pasir kuarsa, silika yang selama ini kita ekspor raw material. Dengan kita membangun ekosistem pabrik kaca dan solar panel, ini merupakan bagian daripada hilirisasi di sektor pasir kuarsa," kata Bahlil.
Sementara itu, CEO Xinyi Group Gerry Tung menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah Indonesia atas kemudahan dalam penanaman modal di Indonesia. Meningkatnya iklim investasi dan potensi ekonomi Indonesia merupakan salah satu faktor yang mendorong Xinyi Group memutuskan untuk menambah investasinya di Indonesia.
"Kita selama beberapa tahun ini sudah memperhatikan bahwa investasi di Indonesia sangat bagus. Telah banyak perubahan. Kita sudah investasi di Gresik, sekarang karena kita melihat perkembangan sangat bagus jadi kita tertarik untuk berkembang ke industri yang baru, termasuk yang di Batam ini,” ucap Gerry.
Xinyi Group merupakan perusahaan dari Xinyi Glass dan Xinyi Solar adalah perusahaan multinasional yang berbasis di Hong Kong dan memiliki operasi di seluruh dunia. Perusahaan ini adalah salah satu produsen kaca terbesar, dengan berbagai produk kaca yang digunakan dalam sektor otomotif, konstruksi, dan energi.
Selain itu, Xinyi Group juga merupakan pemimpin dalam pembuatan solar panel, memanfaatkan teknologi canggih dan berkelanjutan untuk mendukung transisi global ke energi terbarukan.
Selama periode 2018-kuartal I 2023, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menempati peringkat asal Penanaman Modal Asing (PMA) kedua terbesar dengan total capaian USD24,55 miliar.
Investasi itu tersebar di 5 besar wilayah di Indonesia, yaitu Sulawesi Tengah (6,88 miliar dolar AS), Jawa Barat (5,21 miliar dolar AS), Maluku Utara (3,83 miliar dolar AS), DKI Jakarta (1,74 miliar dolar AS), dan Banten (1,45 miliar dolar AS).
Sementara, investasi RRT di Indonesia didominasi sektor Industri Logam Dasar (8,61 miliar dolar AS); Transportasi, Pergudangan dan Telekomunikasi (6,69 miliar dolar AS); Listrik, Gas dan Air (2,75 miliar dolar AS); Real Estate, Kawasan Industri dan Perkantoran (1,74 miliar dolar AS); dan Industri Kimia (1,95 miliar dolar AS).