Dia menjelaskan, inisiatif Bank Mandiri melakukan channeling dengan e-commerce dan fintech P2P juga dilatarbelakangi keinginan untuk membuka target pasar baru, yaitu pelaku usaha yang secara size business sudah layak, namun belum bankable.
"Nah ini merupakan strategi untuk memitigasi risiko di mana mitra platform digital menjadi refferal calon debitur," katanya.
Donsuwan mengungkapkan, kolaborasi ini akan membuat industri perbankan lebih cepat beradaptasi pada perubahan zaman, seperti semakin berkembangnya bisnis model economic sharing.
Salah satu contoh nyata adaptasi Bank Mandiri terhadap perkembangan digital adalah aplikasi Mandiri Pintar (Pinjaman Tanpa Ribet).
"Aplikasi ini memangkas proses administrasi dalam pengajuan kredit mikro produktif karena nasabah tidak akan direpotkan lagi dengan permintaan dokumen dan persetujuan bisa diperoleh dalam 15 menit sejak permohonan diinput ke sistem oleh tenaga pemasar," katanya.
Selain itu, nasabah maupun masyarakat juga tidak perlu mendatangi kantor cabang Bank Mandiri untuk mengajukan kredit mikro. Sebab, melalui aplikasi ini, tenaga pemasar mikro Mandiri yang saat ini berjumlah lebih dari 6.700 orang dapat memproses kredit langsung dari lokasi nasabah berada.