Zou menekankan, risiko limpahan utang Evergrande terhadap lembaga keuangan lain di dalam negeri secara keseluruhan dapat dikendalikan.
"Otoritas terkait dan pemerintah daerah sedang berusaha mengurangi risiko yang ditimbulkan dengan pendekatan hukum dan berorientasi pasar, serta mendesak Evergrande dalam mempercepat pelepasan aset dan memulai kembali proyek konstruksinya yang sempat dihentikan," tuturnya.
Seperti diketahui, Grup Evergrande memiliki total utang yang wajib dibayar sebesar lebih dari 300 miliar dolar AS. Adapun risiko gagal bayar sempat menghantui pasar properti dalam negeri, yang efeknya menjadi perhatian dunia.
Pasar khawatir apakah Evergrande dapat mengatasi masalah keuangan ini, yang oleh sejumlah analis dinilai dapat menjadi krisis global seperti halnya kasus suprimbe mortgage di Amerika Serikat pada 2007-2008 silam. Baru-baru ini, Evergrande melewatkan tenggat waktu pembayaran utang yang jatuh tempo pada 11 Oktober lalu.