JAKARTA, iNews.id - PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan PT PLN Gas & Geothermal adalah dua anak perusahaan BUMN yang rencananya akan dimerger dengan PT Geo Dipa Energi (Persero). Aksi korporasi ini untuk memaksimalkan industri panas bumi atau geothermal nasional.
Pemanfaatan panas bumi memiliki peranan penting dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim. Perusahaan pelat merah pun diminta mengeksplorasi dan memanfaatkan potensi panas bumi yang besar di Indonesia untuk menyediakan akses ke energi bersih dan ramah lingkungan.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, rencana merger atau penggabungan anak usaha PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) dengan Geo Dipa Energi masih dalam tahap pembahasan.
Menurutnya, penggabungan dilakukan usai Pertamina Geothermal, anak usaha Pertamina, melakukan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Erick menegaskan, proses merger bisa dilakukan bila adanya perbaikan kinerja anak usaha PLN dan Pertamina.
"Kita perbaikan dulu Pertamina-nya dengan tadi melakukan aksi korporasi, lalu kelihatan kinerjanya, bisa saja digabungkan atau sama sama dikembangkan, itu ada opsi-opsinya," ujar Erick belum lama ini.
Berikut profil kedua perusahaan yang fokus pada pengembangan panas bumi atau geothermal di Indonesia.
Pertamina Geothermal Energy
Pertamina Geothermal Energy (PGE) merupakan salah satu anak perusahaan PT Pertamina Power Indonesia yang bersinergi dengan sesama entitas di bawah naungan Pertamina. Pada 2006, PGE didirikan untuk melanjutkan tongkat estafet pengembangan dan pengelolaan energi panas bumi untuk menghasilkan energi yang bersih, ramah lingkungan dan terjangkau.
Setahun setelah didirikan, PGE meresmikan satu unit PLTP tambahan di WKP Lahendong, Provinsi Sulawesi Utara. Pembangunan PLTP Area Lahendong Unit II dengan kapasitas 20 MW ini sudah dimulai sejak 2004.
Saat ini perusahaan mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan total kapasitas terpasang sebesar 1877 MW.