Setelah itu, Diana mulai meningkatkan produksi jamu dari rata-rata produksi 2–3 kg dalam seminggu menjadi 5–10 kg per hari. Jamu yang diproduksi pun diberi label “Vio Link”. Beberapa varian Vio Link yang dipasarkan bervariasi seperti Jahe Emprit, Temu Lawak, Manisan Jahe, Manisan Kencur, Black Garlic dan produk tambahan di luar jahe yaitu Bawang Hitam.
“Saya memperluas penjualan dengan sistem reseller. Ada yang membeli jamu saya dan mereka menjual lagi. Tidak hanya di kota Malang, tetapi juga ke Balikpapan, Pontianak, Bangkalan. Bahkan sekarang ada yang membawa ke luar negeri seperti Hongkong, US dan Arab Saudi,” ujarnya.
Perlahan pasti, jamu Vio Link mulai dikenal masyarakat. Pada akhir 2018, Diana memutuskan untuk memasarkan jamunya melalui e-commerce dengan ikut bergabung ke Indonesia Mall, yang merupakan platform e-Commerce yang dimiliki oleh Bank BRI. “Penjualan Saya naik pesat, tiap hari permintaan jamu selalu ada. Melalui Indonesia Mall, masyarakat semakin banyak yang mengenal jamu Vio Link,” katanya.
Diakui juga oleh Ibu Diana, di tengah pandemi Corona, jamu Vio Link mendapat banyak permintaan baik di kota Malang dan di beberapa kota di Indonesia. Namun demikian, dia juga mengungkapkan cerita dukanya, di mana tengah kondisi pandemi virus ini bahan baku pembuatan jahe menjadi langka dan mahal di pasar.
Ongkos produksi yang naik, juga memengaruhi kemampuan produksinya. Selain menghabiskan waktu untuk memproduksi dan memasarkan jamu Vio Link, Diana aktif memberikan penyuluhan tentang khasiat jamu bagi Kesehatan serta memberikan pelatihan tentang pembuatan jamu di desa–desa di sekitar kota Malang. Diana berharap usaha yang sudah dirintis dan tengah dijalani ini bisa terus berkembang pesat dan bisa bermanfaat bagi orang banyak.
“Harapannya usaha Saya bisa berkembang lagi dan punya tempat produksi jamu yang lebih besar, tertata bagus, dan jaringan pemasaran yang lebih luas dibandingkan sekarang,” tuturnya.