Sejak mendapat suntikan dana segar 2 miliar dolar AS dari SoftBank dan Didi Chuxing Juli tahun lalu, Grab langsung tancap gas menghubungkan jutaan orang yang selama ini tidak tersentuh bank lewat produknya, GrabPay.
Diluncurkan November tahun lalu, Grab menggandeng Japan Credit Saison untuk membentuk perusahaan patungan (joint venture), Grab Financial Services. Di hari yang sama, Grab juga mengumumkan kerja sama dengan salah satu perusahaan asuransi terbesar, Chubb.
Grab mendapat tantangan yang lebih besar daripada Uber di sektor pembayaran digital. Dua perusahaan raksasa teknologi asal China, Tencent lewat WeChat Pay dan Alibaba lewat Ant Financial Services (Alipay) belum lama ini mengumumkan akan menggencarkan ekspansi di Asia Tenggara. Namun, Tan mengaku siap berkolaborasi dengan salah satu dari mereka daripada bertarung sendirian melawan dua gajah.
“Saya pikir Ant Financial, sekali lagi adalah perusahaan yang hebat, bagi kita, karena kita telah bekerja sama dengan banyak, banyak mitra. Kami tidak menempatkan diri tentang siapa mitra terbaik kita, kami pikir ini soal apa masalah terbesar dan bagaimana cara kita memecahkannya. Dan jika Ant Financial atau siapapun menjadi mitra kami, kami fokus untuk masalah itu, segmen masyarakat yang belum tersentuh bank,” ujar Tan.
Namun, Grab juga harus berjuang dalam area terbesar di kawasan ini: Indonesia. Pemain lokal, Go-Jek telah berinvestasi di sektor teknologi finansial. Tanpa bermaksud meremehkan saingannya, Tan mengklaim, Grab sudah memimpin di Indonesia, dimana dia banyak menghabiskan waktunya.
“Sekarang kita akan terus berinvestasi di Indonesia, kami percaya sekarang dengan aset UberEats, kami akan menjadi pemain nomor satu di wilayah ini. Dan kemudian, karena kita akan terus berekspansi pada GrabPay, Grab Financial, di kawasan ini,” ucap Tan.