Kemudian, Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat seksi 1-2 (38,45 km), Tol Pasuruan-Probolinggo seksi 4A (8,57 km), Tol Jakarta-Cikampek II Selatan Paket 3 (31,25 km), Tol Serpong-Balaraja seksi 1B (5,4 km), Tol Kisaran-Tebing Tinggi (47,6 km), Tol Binjai-Langsa (26,2 km), dan Tol Sp. Indralaya-Prabumulih (64,7 km).
Sedangkan, pada 2024 ditargetkan sepanjang 262,41 km jalan tol akan beroperasi, yaitu Tol Kayu Agung-Palembang-Betung (24,9 km), Tol Padang-Pekanbaru (24,7 km), Tol Cinere-Jagorawi seksi 3 (2 km), Tol Sigli-Banda Aceh seksi 1 (24,67 km), Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat seksi 3-4 (58 km), Tol Serang-Panimbang seksi 2 (24,17 km), Tol Solo-Yogyakarta-NYIA Kulonprogo Paket 1-2 (42,37 km), Tol Yogyakarta-Bawen seksi 1 (8,8 km), dan Tol Akses IKN (52,8 km).
Danang mengungkapkan bahwa masih ada beberapa kendala penyelenggaraan jalan tol, di antaranya keterbatasan fiskal pemerintah serta penurunan kemampuan investor akibat kondisi perekonomian global.
“Maka untuk mengurangi beban ekuitas dari PMN dan ketergantungan pada APBN, diperlukan creative financing melalui pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) Dukungan Pengusahaan Jalan Tol. Diharapkan BLU ini dapat menjadi penyelesaian untuk permasalahan ketersediaan pembiayaan pembebasan tanah maupun dukungan pemerintah lainnya,” tuturnya.