Selama dua tahun terakhir, kata Giri, pengembalian kredit oleh nasabah di lingkungan BRI Cabang Pasar Minggu memang sempat terimbas oleh pandemi Covid-19. Karenanya, sesuai kebijakan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pihaknya memberikan restrukturisasi kredit kepada para pelaku UMKM.
Di samping itu, itu BRI juga mengambil langkah relaksasi lain berupa debt readjustment alias penjadwalan ulang pembayaran pinjaman nasabah. Lewat kebijakan tersebut, BRI bahkan mempermudah para pelaku UMKM dengan menangguhkan pembayaran cicilan kredit hingga enam bulan.
“Karena kami menyadari, selama pandemi ini kita semua butuh berproses. Jadi selama enam bulan itu nasabah tidak dibebankan sama sekali untuk kewajiban. Pada bulan ketujuhnya, baru mereka bayar lagi,” ujar Giri.
Dia menuturkan, saat ini ada 19.000 debitur pinjaman yang menjadi nasabah di Kantor BRI Cabang Pasar Minggu. Mereka semua adalah pelaku UMKM.
Dari jumlah tersebut, sekitar 20 persennya berhasil “naik kelas” selama masa pandemi ini. Kebanyakan dari mereka adalah pelaku UMKM yang memproduksi makanan dan minuman.
“Dalam keadaan apa pun, masyarakat tetap butuh makan dan butuh jajan. Ini mungkin yang membuat usaha makanan bisa lebih bertahan di masa-masa sulit ini,” kata Giri.
Salah satu nasabah BRI Cabang Pasar Minggu, Tya Salfianti mengamini hal itu. Menurut pedagang frozen food (makanan beku) itu, penjualannya selama pandemi Covid malah meningkat. Pasalnya, selama dua tahun ini banyak orang yang berdiam di rumah akibat pembatasan pergerakan sosial yang diterapkan pemerintah.
“Selama di rumah, orang-orang mencoba berkreasi memasak sendiri makanan yang selama ini biasanya mereka jajan di luar. Makanan frozen food termasuk salah satunya,” kata Tya.
Perempuan itu sudah menjalani bisnisnya selama beberapa tahun. Sebelum pandemi Covid-19, dia hanya fokus pada kegiatan produksi. Namun, sejak 2020, Tya memutuskan untuk mengambil Kredit Usaha Rakyat (KUR) lewat BRI dan mulai membuka toko di bilangan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.