Sementara untuk seblak, rata-rata bahannya sama, hanya saja ada tambahan seperti kerupuk merah dan ceker ayam atau tulang sebagai pelengkap dan topping. Bahan-bahan itu lantas diolah di atas gerobak yang dia sewa dari temannya.
Awal berdagang seblak masih sepi karena belum ada yang tahu. Dia yang berjualan mulai pukul 11.00 hingga 19.00 hanya menghasilkan Rp150.000.
Namun perlahan jualan seblak dan japlaknya mulai dikenal. Selain rasanya yang cocok di lidah masyarakat, inovasi, dan harganya yang terjangkau membuat seblak dan jeplaknya laris manis. Untuk satu porsi spesial japlak dicampur seblak dibanderol Rp20.000.
Adapun inovasi yang dilakukan adalah dengan berjualan bakso tiga macam. Selain bakso telur dan bakso urat, bakso tersebut juga ada yang beranak. Dengan beberapa menu yang dijual, seblak dan japlaknya selalu habis setiap hari.
"Alhamdulilah habis terus (setiap hari)," ujarnya.
Hasil dari usaha dan kerja kerasnya, dia berhasil mengumpulkan omzet Rp1,2 juta sehari atau sekitar Rp36 juta dalam sebulan.