Penurunan aset, kata Breber, sudah termasuk aset Chevron di Venezuela yang diminta ditutup oleh pemerintah AS. Nilai aset yang dihapus di negara tersebut mencapai 2,6 miliar dolar AS.
Chevron awalnya menolak perintah Presiden AS Donald Trump untuk hengkang dari Venezuela akibat perseteruan politik antara Washington dan Caracas. Di tengah gejolak, bisnis migas Chevron yang menggandeng BUMN setempat, PDVSA cukup stabil sejak 1920.
Namun, Trump memberikan tenggat waktu kepada Chevron menghentikan bisnis pada Desember 2020 di tengah upaya AS menggulingkan presiden terpilih Venezuela, Nicolas Maduro. Hal tersebut memaksa Chevron menutup asetnya.
Selain penghapusbukuan, kerugian Chevron disebabkan pembayaran uang pesangon yang mencapai 1 miliar dolar AS. Dana itu digunakan untuk membayar 45.000 pekerja yang terdampak PHK.