JAKARTA, iNews.id - Sejumlah orang terkaya di Indonesia merupakan pemilik perusahaan minyak goreng. Kekayaan para pengusaha ini mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.
Nah, berikut ini profil 4 orang terkaya Indonesia pemilik perusahaan minyak goreng, yang dirangkum MNC Portal Indonesia, Rabu (23/3/2022).
Anthoni mengepalai Salim Group, dengan investasi di bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Anthoni yang memiliki nama asli Liem Hong Sien ini merupakan Direktur Utama PT Indofood Sukses Makmur Tbk, salah satu perusahaan mi instan terbesar di dunia.
Salah satu anak perusahaan Salim Group adalah PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP). Perusahaan tersebut memproduksi minyak goreng dengan merek Bimoli.
Anthoni lahir di Kudus, 25 Oktober 1949. Ayahnya adalah seorang pengusaha sukses bernama Sudono Salim dan ibunya bernama Lie Kim Nio. Sudono adalah pemilik dan pendiri Salim Group.
Anthoni lulus dari Ewell County Technical College di Surrey, Inggris pada 1971. Sebelum menjabat sebagai bos Indofood pada 2004, dia pernah menjabat posisi Direktur First Pacific pada 1981-2003.
Anthoni Salim merupakan orang kaya ketiga di Indonesia dalam daftar Forbes 2021. Sebagai orang terkaya ketiga di RI, kekayaan Anthoni tercatat sebesar 8,5 miliar dolar AS atau Rp122,26 triliun. Adapun pendapatan Indofood pada kuartal III tahun lalu sebesar Rp72,8 triliun, naik 23,8 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Keluarga Widjaja merupakan orang terkaya kedua di Indonesia dalam daftar Forbes 2021. Kekayaan keluarga Widjaja mencapai 9,7 miliar dolar AS atau Rp139,42 triliun.
Keluarga Widjaja mewarisi kerajaan bisnis Eka Tjipta Widjaja. Adapun Eka telah meninggal pada 2019 lalu di usia 98 tahun.
Eka Tjipta Widjaja merupakan pengusaha sekaligus pemilik perusahaan raksasa Sinar Mas Group. Salah satu unit bisnisnya adalah perusahaan minyak goreng berlabel Filma.
Pengusaha dengan nama asli Oei Ek Tjhong ini lahir di Quanzhou pada 27 Februari 1921. Eka pindah ke Indonesia saat usianya 9 tahun karena orang tuanya memiliki basis dagang di Makassar, Sulawesi Selatan. Di Makassar, Eka hanya bersekolah hingga Sekolah Dasar (SD) karena harus membantu orang tuanya melunasi utang.
Eka berjualan biskuit dan permen dengan menggunakan sepeda saat usianya 17 tahun demi membantu ekonomi keluarga. Tumbuh dewasa, dia pernah menjadi kontraktor dan pedagang kopra. Ketika usia 37 tahun, dia hijrah ke Surabaya dan mengurus kebun kopi serta kebun karet yang didapat dengan kerja kerasnya hingga sukses.
Dia memiliki perusahaan penghasil kelapa sawit terbesar dunia, Golden Agri-Resources, dengan kepemilikan saham mayoritas. Selain bisnis sawit, dia juga memiliki bisnis yang bergerak di berbagai bidang, di antaranya properti, pembangkit listrik, tambang, telekomunkasi.