JAKARTA, iNews.id - Utang sejumlah negara terus meningkat dalam beberapa tahun dan menjadi perhatian beberapa pemangku kepentingan. Namun, pemerintah terus melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan mendesak di dalam dan luar negeri, sehingga semakin meningkatkan beban utang nasional mereka ke tingkat yang mengkhawatirkan.
Menurut laporan Institute of International Finance (IIF), utang negara-negara di seluruh dunia telah melonjak hingga 305 triliun dolar AS, meningkat 45 triliun dolar AS dibandingkan era sebelum Covid-19.
Mengutip Sputnik, pertumbuhan utang internasional mencapai 8,3 triliun dolar AS pada kuartal I 2023. Peningkatan volume utang dan kenaikan suku bunga telah meningkatkan biaya pengelolaan utang, sehingga menyoroti permasalahan seputar penggunaan leverage dalam industri keuangan.
Pada tahun 2022, negara-negara berkembang diketahui memiliki simpanan utang sekitar 120 miliar dolar AS, sehingga mencapai puncaknya yang belum pernah terjadi sebelumnya yaitu sebesar 3,6 triliun dolar AS.
Jika diukur dalam nominal dolar AS, utang global mengalami penurunan sebesar 4 triliun dolar AS pada tahun 2022, sedikit di bawah ambang batas 300 triliun dolar AS, menurut IIF.
Adapun, utang negara terbanyak di dunia dalam beberapa tahun terakhir berasal dari pemerintah tiga negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yakni Amerika Serikat (AS), China, dan Jepang. Hal ini menunjukkan perubahan yang signifikan dalam tren sejarah.
Utang nasional AS mencapai sekitar 32,8 triliun dolar AS hingga Agustus 2023, dan saat ini berada di peringkat teratas dalam daftar debitur global. Beban utang Washington telah meningkatkan kekhawatiran mengenai kebiasaan fiskal dan biaya pinjamannya.