Jika Starlink berhasil masuk India, ini akan meningkatkan upaya Perdana Menteri India Narendra Modi untuk menarik investasi asing.
Selain itu, hal ini juga akan membantu upaya pemerintah untuk meningkatkan citranya sebagai pro-bisnis, dengan membantah klaim bahwa kebijakannya lebih memihak pengusaha papan atas India seperti Ambani.
Meskipun lelang terbukti menguntungkan di masa lalu, pemerintah India menegaskan bahwa keputusannya untuk mengalokasikan spektrum satelit secara administratif kali ini sejalan dengan norma internasional.
Analis Teknologi di Counterpoint Research Gareth Owen menyebut, spektrum satelit biasanya tidak dialokasikan melalui lelang karena biaya yang terlibat dapat memengaruhi alasan keuangan atau investasi dalam bisnis.
Namun, Reliance mengatakan lelang diperlukan untuk memastikan persaingan yang adil, mengingat kurangnya ketentuan hukum yang jelas di India tentang bagaimana layanan pita lebar satelit dapat ditawarkan langsung kepada masyarakat.
Namun, bukan hanya Ambani yang mendukung kebijakan lelang tersebut. Ketua Bharti Airtel, Sunil Mittal mengatakan bahwa perusahaan yang ingin melayani pelanggan perkotaan kelas atas harus mengambil lisensi telekomunikasi dan membeli spektrum seperti yang lain.
Tingkat adopsi internet India masih tertinggal dari rata-rata global sebesar 66,2 persen. Namun, studi terkini menunjukkan bahwa negara tersebut sedang memperkecil kesenjangan tersebut.
Jika diberi harga yang tepat, pita lebar satelit dapat membantu menjembatani sebagian kesenjangan ini, dan bahkan membantu internet-of-things (IoT), jaringan yang menghubungkan benda-benda sehari-hari ke internet, yang memungkinkan benda-benda tersebut untuk saling berkomunikasi.
Penetapan harga akan menjadi hal yang krusial di India, di mana data seluler termasuk yang termurah secara global, hanya 12 sen per gigabyte.