"Apakah kita sekarang mau pilih mau masih ego sektoral yang tidak memberikan solusi kepada negara dan rakyat kita? Atau pilihannya hanya satu kita membuka hati kita, kita bergotong-royong membangun yang namanya ekosistem Indonesia," tutur Erick.
Dia menjelaskan Indonesia masih berdebat soal pasokan dan permintaan (supply and demand). Padahal negara lain sudah mempersiapan teknologi dan inovasi terbaru di sektor pangan. Karena itu, menurutnya, permasalahan supply and demand bisa tertangani jika semua pihak bersinergi.
"Kita masih terjebak supply-demand, masih terjebak bagaimana ketidakberpihakan kita kepada para petani, sedangkan negara tetangga sudah punya produk-produk unggulan," ucap Erick.
Di lain sisi, rantai pasok menjadi isu penting pemerintah. Pasalnya, terganggunya rantai pasok bakal berimbas ke masyarakat luas mulai dari kenaikan harga hingga langkanya bahan makanan.
Dia mencontohkan kenaikan harga minyak kepala sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) sangat menguntungkan para pengusaha, tetapi tidak bagi ibu rumah tangga, yang mengeluh harga minyak goreng naik.
"Sama Ketika kita bicara pupuk, bahan baku pupuk naik sampai tiga kali lipat. Artinya, ada tekanan yang kita hadapi ini juga tahun 2022 ini. Itulah yang terjadi saat ini," tutur Erick.