"Nah, Danantara ini bagus di dalam rangka untuk meleverage fleksibilitas dalam pembiayaan investasi yang panjang. Di mana dalam Danantara kan ada 3 platform ya," kata dia
"Yang satu ada INA, yang dua ada lembaga-lembaga financing di pemerintah keuangan, yang tiga manajemen aset ya. Yang mana aset-aset dari pemerintah yang besar-besar yang bisa meleverage kapasitas untuk melakukan investasi yang panjang," ujarnya.
Sementara itu, pada tahap awal, BP Danantara akan menaungi tujuh BUMN dengan dana kelolaan yang diperkirakan mencapai 600 miliar dolar AS atau setara Rp9.520 triliun.
Adapun, tujuh perusahaan negara yang bergabung, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp2.174 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Rp1.965 triliun, dan PT PLN (Persero) Rp1.671 triliun.
Kemudian PT Pertamina (Persero) Rp1.412 trilun, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Rp1.087 triliun, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Rp318 triliun, dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID Rp259 triliun.
Di samping, BP Danantara juga akan membawahi Indonesia Investment Authority (INA) dengan aset Rp163 triliun dan Special Mission Vehicle (SMV) yang saat ini di bawah Kementerian Keuangan.
"Kalau tidak dilakukan reformasi organisasi ke dalam Danantara itu mungkin ada tidak fleksibilitas ya. Fleksibilitas dalam arti ya jaminan aset kan dengan Danantara akan semakin gede ya. Lalu leverage semakin gede, investasi semakin gede. Baik dari sisi liability ataupun aset itu," katanya.