"Tomat nih, biasanya cuma Rp8.000 loh," ujarnya.
Menurut Wiwin, kenaikan harga ini karena curah hujan yang tinggi beberapa hari terakhir, sehingga menganggu proses tanam petani. Sementara tingginya harga mengakibatkan modal pedagang membengkak, sehingga terpaksa mengurangi stok. Adapun ketersedian bahan pokok cukup alias tidak ada kelangkaan di pasar induk.
"Barangnya ada terus, cuma mahal," ucapnya.
Di samping itu, Wiwin mengungkapkan, kenaikan harga bahan pokok ini membuat pendapatannya berkurang. Pasalnya, para konsumen jadi mengurangi pembelian. Misalnya, biasanya beli 2 kg, kini hanya 1 kg.
Sementara itu, untuk stok Minyakita di Pasar Kramat Jati, beberapa lapak sudah kembali menjualnya, padahal sebelumnya sempat libur karena tidak adanya stok dari distributor. Di lapak Wiwin, Minyakita tersedia dengan harga Rp14.000 per liter.
"Kemarin pada mengeluh Minyakita kurang, sekarang sudah banyak di stok," kata dia.
Dia menuturkan, permintaan Minyakita sangat tinggi saat ini dibandingkan minyak goreng premium. Itu karena harganya lebih murah dan kualitasnya tidak kalah dengan minyak goreng jenis premium.
"Pembelian lebih banyak ke Minyakita. Minyak premium banyak tapi beralih ke Minyakkita," ucap Wiwin.