Pada 2019, Indonesia menjadi produsen tambang bijih nikel terbesar di dunia dengan produksi sebesar 800.000 ton Ni. Adapun produksi nikel dunia pada tahun itu sebanyak 2.668.000 ton Ni.
Barang tambang ini dilihat sebagai peluang membangun industri baterai listrik jenis NCA (nickel manganese kobalt oxide) dan NMC (nickel manganese cobalt oxide) atau smelter forenikel.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, Indonesia akan menjadi pemain penting dalam mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik dunia. Ini mengingat baterai listrik merupakan komponen yang sangat penting dari sebuah mobil listrik, yang berfungsi sebagai sumber energi.
"Kita punya nikel dan kobalt yang merupakan material penting untuk baterai litium. Potensi-potensi ini yang perlu kita optimalkan ke depannya," kata dia.
Dia pun optimistis Indonesia bisa menjadi produsen kendaraan dengan emisi karbon rendah dan ramah lingkungan yang berdaya saing global.
Menurutnya, pemerintah semakin serius mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu hingga hilir. Salah satu caranya melalui peningkatan investasi untuk memperkuat struktur manufaktur di dalam negeri.