Hingga akhir tahun 2023 perseroan menargetkan laba bersih sebesar Rp700 hingga Rp800 miliar. Sementara, untuk pendapatan perseroan menargetkan pendapatan sebesar Rp6 triliun.
“Strategi untuk mencapai target tersebut tentu saja dari kontrak yang sedang berjalan dan juga ada pipeline kontrak baru, serta pembangunan infrastruktur yang sedang kami bangun,” kata Direktur Keuangan HILL, Jaya Angdika, beberapa waktu lalu.
Jaya menyebut, saat ini terdapat tiga kontrak baru yang berada dalam pipeline perseroan. Melalui tiga kontrak tersebut, perseroan juga menargetkan peningkatan produksi nikel menjadi 15 juta wet metric ton (wmt) hingga akhir tahun ini, naik dari realisasi produksi akhir tahun lalu yang sebesar 9 juta wmt.
Lebih lanjut, kata Jaya, pendapatan perseroan tahun ini masih akan didominasi oleh segmen pertambangan batu bara dengan kontribusi sebesar 55 persen. Hal itu dikarenakan nilai kontrak batu bara masih cukup besar.
Meski demikian, perseroan terus berupaya untuk meningkatkan produksi nikel ke depannya, sehingga pendapatan akan didominasi oleh segmen pertambangan nikel.
Perseroan pun optimistis hal itu akan tercapai karena industri pertambangan nikel masih memiliki prospek yang cerah jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Menurut Jaya, komoditas nikel tidak terdampak signifikan oleh adanya volatilitas harga komoditas.