Weerasinghe mengatakan, tindakan tersebut diambil dengan itikad baik. Dia juga menekankan bahwa negara berpenduduk 22 juta orang itu tidak pernah gagal membayar utangnya.
"Ini untuk sementara sampai kami mencapai kesepakatan dengan kreditur dan dengan dukungan program dengan IMF," ucapnya.
"Kita perlu fokus pada impor penting dan tidak perlu khawatir tentang pembayaran utang luar negeri," sambungnya.
Analis J.P. Morgan memperkirakan pembayaran utang bruto Sri Lanka akan mencapai 7 miliar dolar AS pada tahun 2022 dan defisit transaksi berjalan sekitar 3 miliar dolar AS.