Dengan estimasi sekitar 0,45 persen dari volume tersebut mengandung Logam Tanah Jarang, maka paling tidak lebih dari 19.000 ton Logam Tajam Jarang terkandung padanya.
Kemudian, khusus di Pulau Bangka Belitung, jenis endapan LTJnya adalah LTJ tailing, hasil penambangan timah. Volume endapan tersebut mencapai lebih dari 16,6 miliar meter kubik. Dengan asumsi yang sangat kecil, yakni hanya 0,0023 persen, paling tidak terdapat lebih dari 383.000 ton LTJ.
Jika asumsi ini ditingkatkan, paling tidak LTJ yang bisa direcovered sekitar 5% dari volume awal, maka ada sekitar 833.130.000 ton LTJ yang dapat diolah.
Paling tidak ada 12 oksida logam tanah jarang yang diidentifikasi dari hasil penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Di Provinsi Bangka Belitung, mineral Logam Tanah Jarang merupakan hasil samping dari penambangan timah. Estimasi potensi Logam Tanah Jarang secara hipotetik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 7 juta ton, berdasarkan hasil penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Mineral-mineral yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu ilmenit (32,43 persen), zircon (16,65 persen), kasiterit (12,59 persen) dan monasit (11,76 persen).
Monasit (Ce,La,Y,Th)PO3) merupakan senyawa fosfat Logam Tanah Jarang yang mengandung 50-70 persen oksida Logam Tanah Jarang. Terakhir ada di pulau Kalimantan dan pulau Sulawesi, endapan Logam Tanah Jarang yang ada adalah endapan LTJ laterit dengan volume masing-masing mencapai 1.928.640 ton dan 1.515.056 ton.
Dengan menggunakan rasio estimasi yang sangat kecil terhadap volume yang ada, yakni sekitar 0,0114 persen (pulau Kalimantan) dan 0,0292 persen (pulau Sulawesi), maka jumlah minimal Logam Tanah Jarang yang dapat diolah sekitar 219 ton dan 443 ton. Itu dia lokasi sebaran harta karun Indonesia jenis Logam Tanah Jarang.