"Ketika belum bisa kita kurangi dan masih butuhkan itu (batubara) maka kita akan gunakan teknologi yang tidak mencemari, apa itu? Ultra Super Critical," kata Ganjar dalam Sarah Seham 100 Ekonom Indonesia, Rabu (8/11/2023).
Saat ini, lanjutnya, sudah ada beberapa PLTU yang punya hasil limbah lebih bersih berkat adopsi teknologi. Salah satu contohnya seperti PLTU yang berada di Yokohama, Jepang. Letak PLTU tersebut hanya berjarak 6 Km dari pusat kota, namun tidak banyak ditentang oleh masyarakat karena limbahnya tidak terlalu mencemari.
"Pencemarannya bagaimana? Tidak terlalu, karena pakai teknologi ultra super critical. Memang itu cukup mahal. Maka ketika kita belum bisa jelang transisi ya ini harus kita pake. Kita gak bisa sok-sokan harus pindah, dan kemudian kita hancur, jangan," ungkap Ganjar.
Menurut Ganjar saat ini sudah ada roadmap atau peta jalan yang menuntun Indonesia untuk mencapai net zero emissions. Tapi hal tersebut tidak bisa praktis dilakukan dengan menutup atau tidak sama sekali menggunakan batubara karena bisa berdampak pada devisa negara.
"Kita siapkan dan roadmap betul, itu negara sudah ada tinggal melakukan saja kok. Maka saya tawarkan (investor), kami tawarkan Rp1.300 triliun anda mau masuk tidak, kami punya geothermal, petanya sudah ada, solar panel bisa tidak, ditempat Indonesia banyak sekali (EBT), kenapa tidak kita olah?" tutur Ganjar.