Jadi Pilar Ekonomi RI, Pemerintah Tegaskan Tak Akan Tinggalkan Industri Migas

Suparjo Ramalan
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, Indonesia tidak akan meninggalkan industri migas karena menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia.

"Kita melihat penggunaan kapasitas nasional di sektor hulu migas cukup besar, baik dari sisi prosentase maupun nilainya. Sebagai contoh, pada tahun 2020 penggunaan kapasitas nasional sebesar 57 persen dengan nilai pengadaan sekitar 2,54 miliar dolar AS," ujarnya.

Universitas Indonesia (UI) merilis hasil studi dampak kegiatan usaha hulu migas pada 2003-2017 yang menunjukkan efek berganda industri hulu migas terus meningkat. Industri hulu migas yang mulanya didisain untuk menghasilkan manfaat berupa penerimaan negara secara maksimal, kemudian dikembangkan menjadi salah satu mesin penggerak kegiatan penunjangnya, seperti perbankan, perhotelan, dan sebagainya.

Arifin mengungkapkan, dalam perhitungan umum setiap investasi sebesar 1 dolar AS menghasilkan dampak senilai 1,6 dolar AS yang dapat dinikmati oleh industri penunjangnya. Selain memberikan dampak langsung, industri hulu migas terutama gas alam juga akan menjadi penyokong transisi energi di Indonesia.

Pemerintah Indonesia akan mengembangkan gas untuk menggantikan energi batu bara yang lebih banyak menghasilkan karbon dan meningkatkan konsumsi gas alam secara signifikan di masa depan.

"Lapangan-lapangan migas tetap perlu dikembangkan. Potensi yang ada juga harus digali untuk menjamin penyediaan energi di masa depan. Bahkan potensi lapangan-lapangan migas non konvensional juga harus digali, demi pemenuhan kebutuhan masa depan," tutur Arifin.

Berdasarkan perhitungan Kementerian ESDM, cadangan gas alam di Indonesia mencapai 62,4 triliun kaki kubik dengan cadangan terbukti sebanyak 43,6 triliun kaki kubik. Pemerintah menyatakan, menjadikan gas alam sebagai pendukung transisi energi karena mudah didistribusikan dan disimpan, serta rendah karbon.

Menurut data The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), gas alam hanya menghasilkan 469 gram karbon dioksida per kilowatt jam (kWh). Angka emisi itu lebih rendah dibandingkan batu bara yang mencapai 1.001 gram karbon dioksida per kWh dan minyak bumi sebesar 840 gram karbon dioksida per kWh.

Editor : Jujuk Ernawati
Artikel Terkait
Nasional
1 hari lalu

Survei LSI Denny JA Setahun Prabowo-Gibran: Hubungan Internasional Paling Memuaskan

Nasional
19 jam lalu

3 Jalur Penerbangan Indonesia-Arab Saudi dari Jakarta, Catat Rute dan Maskapainya!

Nasional
1 hari lalu

Pecel Kembang-Iga Bakar Jadi Hidangan Makan Siang Prabowo dan Presiden Brasil Lula 

Bisnis
1 hari lalu

Di Hadapan Investor, Sherly Tjoanda Pamer Ekonomi Malut Tumbuh 32 Persen: Tertinggi di Indonesia

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal