Negara-negara Barat, terutama negara-negara Eropa yang bergantung pada minyak dan gas Rusia untuk sebagian besar kebutuhan energi mereka, ragu-ragu di tengah kekhawatiran larangan akan memotong mereka dari pasokan yang sangat dibutuhkan dan membuat harga meroket.
Asosiasi Perdagangan Produsen Bahan Bakar dan Petrokimia Amerika (AFPM) menyatakan AS tidak terlalu bergantung pada Rusia untuk pasokan energinya, mengimpor rata-rata 209.000 barel per hari minyak mentah pada 2021, atau 3 persen dari total impor minyak mentah negara itu. Sedangkan Eropa memiliki ketergantungan yang lebih besar pada pasokan energi Rusia, di mana sekitar 35 persen gas alam di Uni Eropa berasal dari Rusia.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengatakan AS melakukan diskusi aktif dengan sekutunya di Eropa tentang larangan impor minyak dan gas dari Rusia, sejak akhir pekanlalu.
Joe Biden berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin (7/3/2022). Para pemimpin negara menegaskan tekad mereka untuk terus meningkatkan tekanan kepada Rusia agar menghentikan invasi ke Ukraina.
Joshua Tucker, seorang profesor politik di Universitas New York, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa legislator dari kedua partai politik besar AS telah meminta Biden untuk memberi tekanan lebih besar pada sektor minyak dan gas Rusia.
“Minyak adalah sumber pendapatan yang sangat penting bagi rezim Rusia dan menghambat pendapatan dari minyak bahkan jika itu hanya sebagian dari pendapatan dari minyak akan terasa di Rusia,” kata Tucker.
Di tengah serangkaian sanksi ekonomi terhadap Rusia sejak meluncurkan invasi Ukraina, perusahaan energi internasional besar juga telah memutuskan hubungan dengan entitas energi milik negara Rusia, antara lain Shell dan British Petroleum.